14 Januari 2011

Cara Pacaran Secara Islami [Artikel Islami]

TKata sebagian orang : “Sulit untuk menjelaskan sesuatu yang sudah jelas”. Istilah pacaran adalah sebuah istilah yang sudah sangat akrab ditelinga serta lengket dalam pandangan mata. Namun saya masih agak kesulitan untuk mendefinisikannya. Mudahan-mudahan tidak salah kalau saya katakan bahwa setiap kali istilah ini disebut maka yang terlintas dibenak kita adalah sepasang anak manusia –tertama kawula muda dan para remaja- yang tengah dilanda cinta dan dimabuk asmara, saling mengungkapkan rasa sayang, cinta dan rindu, yang kemudian akhirnya biduk ini akan menuju pada pantai pernikahan. Inilah paling tidak anggapan dan harapan sebagian pelakunya. Namun ada satu hal yang banyak luput dari banyak kalangan bahwa segala sesuatu itu ada etika dan aturannya, kalau masuk terminal saja ada aturannya, akankah masalah cinta yang kata sebagian orang “suci” ini tanpa aturan ???



Cinta Tabiat Anak Manusia: Jangan Dibunuh, Jangan pula Diumbar!



Alloh Ta’ala berfirman :



زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآَبِ



“Dijadikan indah dalam pandangan manusia kecintaan pada apa-apa yang dia ingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup didunia. Dan disisi Alloh lah tempat kembali yang baik.”

(QS. Ali Imron : 14)



Inilah tabiat dan fithroh kita sebagai anak Adam. Anak cinta orang tua, orang tua cinta anak, kita cinta pada uang, kaum hawa cinta pada perhiasan de el el. Begitu pula cinta pada lawan jenis, semua diantara kita yang laki-laki mencintai wanita dan yang wanita cinta laki-laki, barang siapa yang tidak memilikinya maka dipertanyakan kejantanan dan kefemininannya. Setuju nggak ???



.

Bila si Cinta dengan Gaun Merah Jambu itu Hadir!!



Saya tidak tahu persis sejak kapan warna merah jambu dan daun waru dinobatkan sebagai lambang cinta, apapun jawabannya, itu tidak terlalu penting bagi kita. Namun yang sangat penting adalah bahwasannya bila masa kanak-kanak itu telah beranjak pergi meninggalkan kehidupan kita, lalu kitapun menyandang predikat baru sebagai remaja untuk menyongsong kehidupan manusia dewasa yang mandiri. Ada sesuatu yang terasa hadir mengisi indahnya hidup ini. Itulah cinta. Yang jelas cinta ini bukan lagi cinta pada mainan atau jajan bungkusan anak-anak, namun cinta pada sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya. Saat itu tersenyumlah seraya berucap : “Selamat datang cinta.”



.

Kasihan si Cinta: Sering Dijadikan kambing Hitam!



Cinta adalah sesuatu yang agung, Dengan cinta seorang yang pengecut menjadi pemberani, orang yang bakhil menjadi dermawan, yang bodoh menjadi pintar, menjadikan orang pandai merangkai kata dan tulisan. Begitulah kira-kira yang diungkapkan para dokter cinta. Oleh karena jangan salahkan cinta, kasihan dia. Bukankah karena cinta seseorang bisa masuk sorga. Suatu hari ada seseorang bertanya kepada Rosululloh tentang kapan terjadi hari kiamat, namun beliau malah balik bertanya : “Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya ?” Dia menjawab : .”Cinta Alloh dan Rosul Nya.” maka beliaupun menjawab : “Engkau bersama orang yang engkau cintai.” Maka Anas bin Malik perowi hadits ini pun berseru gembira : “Demi Alloh, Saya mencintai Rosululloh, Mencintai Abu Bakr dan Umar, maka saya berharap untuk bisa bersama mereka disurga,” (Bukhori Muslim)



Cinta itu akan menjadi sangat agung kalau diletakkan pada tempatnya, namun bisa menjadi bencana kalau disalah gunakan. Oleh karena itu berhati-hatilah.



.

Cinta kepada Alloh: Rabb Semesta Alam



Cukuplah bagi kita merenungi ayat berikut :

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آَيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ



“Sesunguhnya orang-orang yang beriman yaitu adalah orang-orang yang ketika disebut nama Alloh maka bergetarlah hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayatnya maka bertambahlah iman mereka karenanya. Dan kepada Robbnya mereka bertawakkal.”

(Al Anfal : 2)



Bertanyalah pada diri kita masing-masing, hatimu bergetar saat disebut nama-Nya ataukah nama nya ??? “Mintalah fatwa pada dirimu sendiri” begitulah kata Rosululloh.



Bukankah cinta ini yang menjadikan Handlolah meninggalkan malam pertamanya untuk pergi perang lalu meninggal dalam keadaan masih junub ? Bukankah cinta ini yang menjadikan Bilal bin Robah mampu menahan derita yang tak terkira ? begitu pulalah Ammar bin Yasir, Kholid bin Walid dan lainnya.



Cinta Kepada Rasululloh



Lelaki agung itu, yang meskipun beliau sudah meninggal 14 abad yang lalu , namun masih kita rasakan cinta dan kasihnya. Lihatlah gambaran Al Qur’an ini :

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ



“Sungguh telah datang pada kalian, seorang rosul dari kalangan kalian sendiri, berat terasa olehnya penderitaan kalian, sangat menginginkan keselamatan bagi kalian, amat belas kasihan, lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.”

(At Taubah : 128)



oleh karena itu tidak mengherankan kalau beliau bersabda :



“Tidak sempurna keimanan salah seorang diantara kalian sehingga saya lebih dia cintai dari pada cintanya pada orang tuanya, anak-anaknya dan semua manusia.”(Bukhori Muslim)



Cinta pada sunnahnya, itulah bentuk cinta pada beliau. Sangat ironis sekali ummat islam sekarang yang mana setiap kali disebut sunnah beliau, maka mereka dengan langsung memprotes : “Kan Cuma sunnah ???” lalu kalau tidak sunnah beliau mau sunnah siapa ???



Firman Alloh :



“Sungguh ada bagi kalian pada diri Rosululloh suri tauladan yang baik.”



Cinta karena Alloh



Akhi, Ukhti, saya mencintaimu karena Alloh.” Begitulah Rosululloh mengajarkan ummatnya untuk cinta ada orang lain karena Alloh, dalam artian kalau orang itu semakin membuat kita dekat pada Nya maka cintailah dia, dan begitu pula sebaliknya kalau ada orang yang semakin menjauhkan kita dari Nya, maka jauhilah dia. Bukankah orang yang melakukannya akan merasakan manisnya iman dan akan mendapatkan mimbar cahaya yang diingingkan oleh para Nabi dan Syuhada’ ???



Mencintai tokoh idola anda, juga lakukan atas dasar cinta pada Alloh dan Rosulnya.



Itulah Agungnya Cinta: Jangan Diperkosa !



“Pemerkosaan arti cinta” -maaf kalau kalimat ini kedengaran kasar- namun itulah kenyataannya. Betapa banyak wanita yang menyerahkan mahkota hidupnya kepada orang yang belum berhak lalu dia berucap ini sebagai tanda cintaku padanya, sebaliknya betapa banyak kaum laki-laki yang harus melakukan kemaksiatan atas nama cinta. Subhanalloh !!! akankah cinta kita pada Alloh Dzat yang Maha Agung dikalahkan oleh cinta pada seseorang yang berasal dari air mani yang kotor, saat hidupnya selalu membawa kotoran, dan saat meninggal pun akan berubah menjadi sesuatu yang sangat menjijikkan ??? Malulah pada Nabiyulloh Yusuf Alaihis Salam, yang mampu mempertahankan kehormatannya dihadapan seorang wanita cantik, kaya raya, bangsawan lagi. Jangan engkau berkata : “Diakan seorang Nabi ?.” karena kisah serupa pun dialami oleh Abdur Rohman bin Abu Bakr, Muhammad al Miski dan lainnya



TIDAK!!! Islam Tidak Mengharamkan Cinta, Islam Hanya Mengaturnya !



Islam sebagai agama paripurna, tidak membiarkan satupun masalah tanpa aturan. Lha wong cara berpakaian, mandi, buang air dan hal-hal kecil lainnya ada aturanya, maka bagaimana mungkin urusan cinta yang menjadi keharusan hidup manusia normal akan tanpa aturan. Itu mustahil. Benarlah Salman Al Farisi tatkala ditanya : “Apakah nabimu sudah mengajarkan segala sesuatu sampai masalah adab buang air besar ? maka beliau menjawab : Ya, Rosululloh sudah mengajarkannya, beliau melarang kami untuk menghadap dan membelakangi kiblat dan memerintahkan kami untuk beristinjak dengan tiga batu dan melarang kami untuk beristinjak dengan kotorang dan tulang.”



Alloh Berfirman :

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا



“Pada Hari ini telah kusempurnakan agama kalian, dan telah Ku sempurnakan nikmatku kepadamu dan Aku rela islam sebagai agamamu.”

(Al Maidah : 3)



Oleh karena itu kalau mau bercinta alias pacaran, saya tawarkan sebuah ‘pacaran islami’ biar berpahala. Setuju nggak ??? selamat mencoba !!!



Ada beberapa aturan yang harus dipenuhi kalau mau berpacaran yang ‘islami’ yaitu :



1.Menutup aurot



Firman Alloh Ta’ala :



يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا



Hai Nabi, Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mu’min “Hendaknya mereka menjulurkan pakaiannya keseluruh tubuh mereka” yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenali, karena itu mereka tidak diganggu.”

(QS. Al Ahzab : 59)



Bahkan saking pentingnya masalah ini, Rosululloh juga mengaturnya walaupun antar jenis.



Dari Abu Said Al Khudri berkata : “Rosululloh bersabda :



“Janganlah seorang laki-laki itu melihat aurat laki-laki dan jangan seorang wania melihat aurat wanita.”

(H.R. Muslim)



2.Menundukkan pandangan



Firman Alloh Ta’ala :



قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ (30) وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آَبَائِهِنَّ أَوْ آَبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَى عَوْرَاتِ النِّسَاءِ وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ



“Katakanlah kepada orang-orang mu’min laki-laki agar mereka menundukkan sebagian pandangan mereka serta menjaga kemaluan mereka.”



“Dan katakan kepada para wanita mu’minah, agar mereka menundukkan sebagian pandangan mereka dan menjaga farji mereka.”

(QS. An Nur : 30,31)



Dari Jarir bin Abdillah berkata : “Saya bertanya pada Rosululloh tentang pandangan yang mendadak tak sengaja, maka beliau memerintahkanku untuk memalingkan pandangan itu.” (Muslim)



3.Tidak bersolek ala jahiliyah



Firman Alloh Ta’ala :

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى



“Dan menetaplah kalian dalam rumah-rumah kalian, dan janganlah bersolek seperti bersoleknya orang-orang jahiliyah yang dahulu.”

(QS. Al Ahzab : 33)



Dari Abu Huroiroh berkata : “Rosululloh bersabda : “Ada dua golongan manusia ahli neraka yang saya belum pernah melihatnya, yang pertama : orang-orang yang memegang cambuk untuk memukul orang lian, yang kedua : Para wanita yang berpakaian tapi telanjang, mereka berlenggak lenggok, kepala mereka seperti punuk unta. Mereka tidak akan pernah masuk surga dan tidak akan mendapatkan bau surga, padahal bau surga itu dapat tercium dari jarak sekian dan sekian.”(Muslim)



Alangkah meruginya orang yang semacam ini !!!



4.Ada pembatas antara laki-laki dan wanita



Firman Alloh Ta’ala :

وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعًا فَاسْأَلُوهُنَّ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ ذَلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ



Dan apabila kalian meminta sesuatu pada mereka (para istri Rosululloh ) maka mintalah dari balik hijab. Karena yang demikan itu lebih suci bagi hati kalian serta bagi hati mereka.”

(QS.Al Ahzab : 53)



5.Jangan berdua-duaan, karena yang ketiganya adalah setan



Begitulah kira-kira bunyi hadits Rosululloh riwayat imam Ahmad dan Tirmidzi dari Abu Huroiroh dengan sanad hasan



.

6.Jangan lembutkan ucapan



Firman Alloh Ta’ala :

يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِنَ النِّسَاءِ إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلًا مَعْرُوفًا



“Janganlah kalian (Para wanita) melembutkan ucapan, sehingga akan rakus orang-orang yang punya penyakit hati, namun ucapkanlah yang baik.” (QS. Al Ahzab : 32)



7.Kulitmu masih haram bagiku



Dari Ma’qil bin Yasar berkata : Rosululloh bersabda :



“Seandainya ditusuk pada kepala salah seorang kalian dengan jarum besi panas, maka itu lebih baik dari pada menyentuh wanita yang tidak halal baginya.”

(HR. Thobroni, Lihat As Shohihah : 226)





* Saudaraku, kalau anda mampu memenuhi syarat ini, teruskan pacaran anda.

* Namun kalau tidak, maka pilihlah engkau lebih mencintai dia ataukah Alloh yang telah menciptakanmu, memberimu rizqi, melimpahkan kasih sayangNya padamu dan memberimu hidayah menjadi orang islam ???

* Segera tinggalkan transaksi harammu itu, sebelum kemurkaan Alloh benar-benar datang. Atau saya punya usul , bagaimana kalau engkau cepat-cepat menikah, itupun kalau engkau sudah siap. Bagaimana ???



STOP!! Ini Bukan Area Anda! Jangan Berzina!!



Jangan ada yang berfikir bahwasannya yang terlarang dalam islam hanyalah zina dalam pengertian masuknya timba dalam sumur sebagaimana bahasa hadits Rosululloh. Namun yang terlarang adalah semua hal yang mendekati pada perzinaan tersebut. Perhatikanlah firman Alloh :



“Janganlah kalian mendekati zina”



Juga Sabda Rosululloh saw :



“Sesungguhnya Alloh telah menetapkan pada setiap anak adam bagianya dari zina yang pasti akan menemuinya, zinanya mata adalah memandang, zinanya lisan adalah berucap, jiwa dengan berharap dan berkhayal, yang semua itu dibenarkan atau didustakan oleh kemaluan.”

(Bukhori Muslim)



Hamil dulu baru nikah atau nikah dulu baru hamil?



Hamil setelah pernikahan yang sah adalah sebuah kebanggaan dan keagungan, semua orang yang memasuki biduk pernikahan pasti menginginkan kehamilan istrinya. Banyak klinik yang mengaku bisa mengobati kemandulan adalah salah satu buktinya.



Di sisi lain, wanita yang hamil tanpa tahu harus kemana dia harus memanggil “Suamiku” akan sangat gelisah.



Masyarakat yang terkadang dholim akan bisa dengan segera memaafkan laki-laki yang berbuat kurang ajar itu, namun tidak terhadap wanita. Dia akan menanggung aib itu sepanjang zaman dan akan terkenallah ia sebagai wanita yang tidak bisa menjaga kehormatannya.



Begitulah yang dikatakan oleh Syaikh Ali Ath Thonthowi.



Kalau dia menikah kelak, bukankah suaminya akan dengan mudah mengatakan : “Sudah berapa laki-laki yang tidur denganmu sebelum menikah denganku ?



Anak yang terlahir, dia akan terlahir sebagai anak yang tidak di harapkan kehadirannya, Tidak ada sentuhan kasih dan sayang.



Dari sisi Fiqh, Imam Ahmad bin Hambal dan lainnya mengatakan bahwa wanita hamil dari hasil perzinaan tidak boleh dinikahi selama hamil, dan kalau sudah terlanjur dinikahi maka harus diadakan pernikahan ulang.



Peringatan Penting Bagi yang masih Punya hati…



Anda kepingin mendapatkan seorang pasangan hidup yang baik, setia, sholih dan sholihah ??? perhatikanlah resep Ilahi ini :



لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ أُولَئِكَ مُبَرَّءُونَ مِمَّا يَقُولُونَ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ



“Wanita yang jelek untuk laki-laki yang jelek, lelaki yang jelek untuk wanita yang jelek, begitu pula dengan wanita yang baik untuk laki-laki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik.”

(QS. An Nur : 26)



Kata para ulama’ : “Balasan itu sejenis dengan amal perbuatannya.”



* Akan menjadi sebuah mimpi disiang bolong kalau anda menginginkan istri seperti Fathimah binti Abdul Malik kalau anda tidak bisa menjadi Umar bin Abdul Aziz.



* Jangan pula mimpi bersuamikan Ali bin Abi Tholib kalau engkau tidak menjadi Fathimah binti Muhammad. Perbaikilah dirimu dahulu sebelum engkau berharap mendapatkan pasangan hidup yang engkau idamkan !!!





Jangan Katakan ini!



Jangan engkau berkata padaku :



“Aku berpacaran kan untuk tahap penjajagan, biar saling memahami karakter masing-masing, sehingga tidak akan terjadi penyesalan setelah memasuki maghligai pernikahan, karena bagaimanapun juga kegagalan dalan berpacaran jauh lebih ringan daripada kegagalan dalam pernikahan.”



Jangan engkau katakan itu padaku, karena itu hanyalah topengmu belaka.



* Tanyalah pada dirimu sendiri apakah engkau selama pacaran, mencoba untuk memahami masing-masing dan belajar untuk menjadi suami istri yang baik?

* Ataukah yang engkau lakukan adalah berusaha menjadi baik saat berada dekat sang pacar? Bukankah ini sebuah penipuan kepribadian ??? persis kayak penjual yang takut ditinggal pembeli, yang mana ia harus berusaha untuk tampil lebih baik dari yang sebenarnya.



* Lalu apa yang engkau sisakan nanti kalau memasuki dunia pernikahan, bukankah semuanya sudah engkau rasakan ? saling memadu rasa kasih sayang, mengungkapkan rasa cinta, berjalan bareng, nonton bareng, rekreasi bareng, bahkan mungkin hubungan suami istripun sudah dilakukan. Lalu apa yang akan engkau sisakan setelah menikah ??? malam pertamamu akan terasa hambar, tidak ada yang beda pada malam itu karena semua sudah dilakukan, bahkan mungkin akan terasa pahit, karena selama ini engkau berhubungan bukan cuma berdua, tapi bertiga, Yah …. Engkau bersama setan yang selalu membumbui semua kemaksiatan menjadi kenikmatan.



Bandingkan dengan yang malam pertamanya adalah benar-benar malam pertama. Dan bulan madunya benar benar semanis madu. Ah !!! saya tidak mau terlalu jauh mengenang masa-masa indah itu ….. kasihan yang belum nikah, he… he …



Jangan Anggap Ini Keras!



Mungkin ada diantara kalian yang berkata : “ustadznya terlalu keras.”



Wahai saudaraku seiman !!! cobalah renungkan kembali ayat-ayat dan hadits diatas dengan pikiran jernih, kepala dingin dan penuh rasionalitas, lalu ambilah kesimpulan, manakah yang keras ??? bukankah itu semua tuntutan syariat agama yang kita anut bersama ?



Atau jangan-jangan engkau sedang kena penyakit mag sehingga nasi yang lembek pun terasa keras, itulah kemungkinan yang paling dekat. Hatimu sedang berpenyakit, sehingga engkau merasa sakit dan keras dengan sesuatu yang sebenarnya lembek. Bukankah Rosululloh bersabda :



“Saya diutus untuk membawa syariat yang lurus dan mudah.”(Bukhori Muslim)



Penutup



Dipenghujung tulisan ini, saya teringat bahwa beberapa hari lagi kita memasuki bulan Romadlon. Belajar dari orang yang berpuasa yang dia menahan lapar dahaga sehari penuh, namun saat berbuka, akan terasa sangat nikmat air putih meskipun tanpa gula.



Inilah puasa panjang syahwat kita, yang akan engkau rasakan nikmatnya tatkala engkau berbuka dimaghligai pernikahan.



Saat melalui puasa panjang ini laluilah dengan :



Banyak berdzikir, menyebut kebesaran Ilahi



Sabar dan sholatlah



Ikutilah kajian-kajian keagamaan



Bertemanlah dengan orang-orang sholih yang akan menolongmu tegar dalam jalan Nya



Sibukkan diri dengan aktivitas surgawi



Kalau masih kebelet juga, perbanyaklah puasa karena sesunguhnya puasa adalah benteng yang kokoh.





Ya Alloh, tunjukkanlah kepada kami sebuah kebenaran itu sebagai sesuatu yang benar dan berilah kami kekuatan untuk menjalankannya. Dan tunjukkanlah kepada kami sebuah kesalahan itu sebagai sesuatu yang salah dan berilah kami kekuatan untuk meninggalkannya.



Wa akhiru da’wana ‘anil Hamdi lillahi Robbil Alamin.


sumber : hasil CoPas dari dakwatuna.com

13 Januari 2011

Andai Dia Jadi Milikku [Kisah Islam]

ANDAI DIA JADI MILIKKU
Cerita dari seorang sahabat,




Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum..
======================

Sabtu pagi yang cerah, tidak secerah hatiku. Sudah beberapa bulan ini hanya bisa mondar-mandir dirumah, tidak ada aktifitas yang dapat kulakukan. Walaupun keluar hanya melaksanakan Sholat lima waktu yang terkadang dikerjakan dirumah. Gelar sarjana yang kumiliki hanya terpajang dalam sebuah transkip nilai IPK (Indeks Prestasi Komulatif) di kamar yang berantakan, tak pernah kurapikan.

Foto saat wisuda nampak tersenyum, senyuman sekaligus menertawai kepada seorang sarjana yang masih menganggur. Bukannya tidak mau bekerja, aku berusaha mencari pekerjaan, akan tetapi perusahaan-perusahaan itu tidak mau menerimaku sebagai karyawan. Jadi, sehari-hari hanya didepan komputer merangkai kata bak seorang pujangga, menulis bait syair atau novel picisan yang membuat melotot anak remaja.

Pagi tadi ibu berteriak menggetarkan seluruh alam. Menulis sejuta kata dalam kekesalan. Menagih janji yang tak kunjung tiba. Pedas kata ibu mengiris hati.
"Ade...!! Empat tahun kamu kuliah, berapa juta yang kau habiskan??, Tapi kamu hanya bisa ber-tapa dikamar yang bau apek!! Sarjana macam apa kamu, hah!! Kerjanya melototi komputer setiap jam, setiap hari..., bukannya cari kerja. Bukannya cari duit. Mau jadi apa kamu nanti, hah!!"

Sakit hati ini..., rasa sakit bukan karena marah sama ibu, tapi menangis karena keadaan yang melambungkan kemiskinan dan pengangguran.
Akhirnya, sebelum Dzuhur aku mengemasi semua peralatan, memasukkan setumpuk map berisi biodata dan setumpuk lembaran cerpen plus novel yang telah rapi kususun kedalam tas yang menemani sejak kuliah dulu. Entah mau kemana, yang pasti diluar sana mudah-mudahan Allah memberikan rizkinya.

Bis Patas AC EKA dengan tujuan jakarta menghampiriku yang memang sedari tadi menunggu. Tidak biasanya, bis hari ini sepi dan nyaman. Aku duduk dibarisan tengah yang dua bangkunya masih kosong, sengaja aku duduk disitu karena ingin merasakan kenyamanan dan menghilangkan kepenatan di rumah. Bis melaju menyusuri jalanan yang berdebu, menyalip angkot-angkot yang tak berdaya melawan gagahnya sang bis. Diluar kulihat rumah-rumah dan toko-toko bertingkat berjejer disepanjang jalan, mengganti lahan padi menjadi bangunan yang angkuh dan sombong.

Tak lama bis kurasa berhenti, tak tahu sedang menurunkan atau menaikkan penumpang, yang jelas sedetik setelah bis melaju kembali, sesosok wanita dengan enaknya duduk disampingku, seorang wanita dengan jilbab lebar berwarna putih dengan pakaian yang berwarna biru muda. Aku tak peduli, yang ada hanya kekaguman melihat gunung salak jauh disana, terlihat samar-samar berwarna kebiru-biruan.

Sejenak aku diam. Wanita disampingku menggerakkan tangannya, nampak sebuah buku yang dikeluarkannya, kuperhatikan ternyata sebuah buku berwarna Pink.
"Pasti tentang cinta." sedetik aku berpikir. Benar dugaanku, sebuah buku berjudul: Aku mencintaimu, Akhi. Jadikan aku istrimu.
"Cinta lagi..., cinta lagi..., Wah!! apa dunia ini tak pernah bosan-bosannya dengan cinta? Apa Allah menciptakan manusia hanya karena cinta?" ucapku dalam hati. Membayangkan kisah cinta yang selalu menemani setiap jiwa manusia. Hmm, sebenarnya aku juga akan selalu merindukan cinta.

Aku menghempaskan pandangan, kembali ke jendela menyaksikan berjuta manusia bertarung dalam riuhnya suasana, manusia yang bertarung demi sesuap nasi. Mendadak mataku terasa perih, dengan refleks membuang muka tepat kearah wanita tadi. Subhanallah, ternyata wajah wanita itu sangat cantik. Ayu manis. Matanya sayu-bening, dagunya indah, bibir tipis merah-jambu, disempurnakan dengan hidungnya yang aduhai. Hatiku berdegup kencang, meletup-letup membangunkan syaraf kedewasaaan.

Aaakhh..., wajahnya tenang penuh kesejukan. Bersih bersinar bak rembulan yang tidak malu menampakkan keindahannya.
"Kenapa aku baru melihatnya. Kenapa baru sekarang menyadari seorang bidadari duduk disampingku." pikiran terus menyesali keterlambatanku. Semua kepenatan masalah dirumah seketika lenyap, terbius oleh sosok bidadari cantik yang duduk disampingku.
Jari-jari lentiknya membuka halaman demi halaman buku yang sedari tadi dibacanya dengan penuh takzim dan penghayatan. Aku mencintaimu, akhi!!, jadikan aku istrimu.

Tanpa sadar dia melirikku, aaakhh..., indah sekali. Bola matanya memancarkan kesholehan yang tersimpan di sela-sela warna biru. Dia tersenyum. Memamerkan bibir tipisnya yang sungguh menggoda, andai saja dia jadi istriku tak akan kulepas bibir indahnya itu. Kedua pipinya bersih, lesung pipit semakin menggoda para lelaki yang sedang dirundung kesepian. Aaakhh..., jiwaku bergetar. Tak kuasa terus menatap wajahnya yang terlukis indah. Aku palingkan muka, kembali menatap keluar, namun wajah wanita itu masih berkelebatan. Aaakhh..., andai saja wanita ini menjadi istriku tak akan henti kucumbu-bermesra dengannya. Aku tetap menatap keluar sana, membayangkan indahnya bersama permaisuri cantik, bermimpi dalam indahnya sang bidadari.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sesaat kemudian wanita itu menyapa. Tadinya aku tidak percaya, apa urusan dia denganku?
"Assalamu'alaikum. Mas...?" suaranya begitu merdu, merembes keseluruh kujur tubuh. Membasahi jiwa yang kering.
"Wa'alaikum salam. Ada yang bisa saya bantu mbak'??" akhirnya aku menjawab dengan tak kalah sopannya. Duh... mawar mewangi....! Betapa cantik wanita ini, senyumnya menebar aroma kesturi yang merangsang keorgan yang paling dalam. Saking terlenanya, aku tak kuasa menahan pandangan. Menyusuri semua bagian wajahnya yang ayu.
"Maaf mas, Masjid raya masih jauh ya??" tanya dia. Masih jelas menatapku dengan kebeningan matanya semakin menggoda khayalku.
"Masjid raya? Owh..., dekat. Sebentar lagi, kebetulan saya juga mau mampir dulu, hendak sholat Dzuhur. Nanti kita bareng saja turunnya." dengan semangat kujawab tutur halusnya.

Dia diam, membuka lembaran baru buku yang dibacanya. "Ini kesempatan emas, harus kugunakan untuk berkenalan." pikirku, sekilat merangkai kata yang tepat untuk mengatakan satu pertanyaan saja.
"Maaf, mba dari mana asalnya?" sangat hati-hati kuucap.
"Saya dari Bandung."
"Bandung??"
"Iya!"
"Jadi, bisa sunda."
"Tiasa (Baca:Bisa). Mas, dari mana??"
"Dari Solo."
"Kalau begitu panggil saja saya teteh, teh Indah Nurhikmah." Amboii...! namanya Indah, seperti orangnya penuh keindahan.
"Saya Ade. Ade kelana. Panggil aja Mas Ade."
"Masih kuliah? Atau sudah kerja?" tanyaku memperpanjang pembicaraan.
"Masih. Sedang nyusun skripsi." singkatnya. Lalu kami terdiam, dia meneruskan membacanya, sedangkan aku tak puas-puasnya mengamati keelokannya.

"Sudah bersuami??" tanyaku memecahkan kesunyian, pertanyaan yang meluncur tanpa di olah dalam sel otakku. Raut mukanya tampak terkejut, namun masih terlihat cantik.
"Oh..., belum. Masih menunggu pinangan seorang laki-laki." jawabnya polos.
Aku diam, sejuta asa menyelimuti jiwa, perasaan mengharu biru. Entah datangnya darimana, keberadaan dirinya terasa sangat menentramkan, sepanjang jalan tak hentinya aku bertanya dan bercerita. Walaupun dia tak berani menatapku. Namun, sesekali aku curi sorot matanya yang indah.

Sekejap masjid raya terlihat. Aku bangkit. Kubisikan ketelinga Indah, bahwa masjid sudah dekat. Diapun mengangguk pelan... sambil berjalan kepintu mengikutiku yang sudah terlebih dahulu. Tiga puluh meter dari masjid bis berhenti, aku turun melangkah keluar, Indah satu per satu menuruni tangga bis. Aku berdiri dengan gagahnya menjaga kalau-kalau bidadari ini jatuh, sayang kalau kulitnya yang mulus tergores aspal jalanan.

Sepuluh meter sampai di masjid. Tak henti aku menoleh kebelakang, Indah mengikuti dengan-cukup jaga jarak. Aku jadi gemes, kenapa sih tidak jalan disampingku saja, kan lebih romantis sambil mengecup harumnya mawar yang merekah. Dia memang sholehah, tidak mau berjalan berdua dengan lelaki bukan muhrim. Pantas saja jilbabnya begitu lebar, menutupi keanggunannya. Beberapa langkah masuk masjid, sengaja aku berhenti. Indah terkejut, sekarang sudah tepat disampingku, nyaris menubruk. Dia tersenyum, masih cantik.

"Lhoo.., kok berhenti Mas??" tanya lembutnya.
"Sampai lupa, boleh Mas minta nomor Ha-Penya??" balasaku, dia mengerti. Lalu diberinya nomor Ha-Pe, lengkap dengan alamat rumah, jln. Dewi pesona indah, Bandung.
"Ngapain pake alamat rumah segala sih?" bisikku dalam hati.
Seminggu sudah melewati waktu, berlari dalam seribu tanda tanya. Berkali-kali kucoba menghubunginya lewat HP, tapi nomornya tidak aktif. Aaakhh..., mungkin yang diberikannya bukan nomornya yang asli. Siapa juga yang akan memberikan nomor HP kesembarang orang yang tak dikenalnya.

Sejak pertemuan di bis itu jiwaku seakan merasa ada sesuatu yang hilang, tumbuh asmara yang tiada henti melayang. Wajahnya yang cantik tak mampu kulupakan, keelokan-kejelitaan-wajahnya membasahi seluruh jiwa. Membenamkan asa yang begitu kuat menghujami diri.

Disetiap malam aku merintih, meneteskan air mata menengadahkan kedua tangan, berdoa. Bersujud dalam kebimbangan jiwa, terhempas dalam titian rindu yang merana. Hati yang sudah teramat jatuh keseorang wanita, tak akan mudah ditelan waktu, ia selalu hadir meski hanya dalam bayang-bayang. Apa dia akan kembali padaku?, apa aku dapat bertemu kembali dengannya? Apa dia benar-benar nyata? Seribu tanya menyelimuti hati.

Dihari yang berbeda, hari kebahagiaan sahabatku. Kebahagiaan yang diimpikan oleh setiap orang, juga impian aku yang semakin ditinggalkan oleh sahabat-sahabat seperjuanganku. Sahabatku hari ini menikah. Ya, menikah. Dengan seorang gadis yang telah dipinangnya setahun yang lalu. aku belum pernah melihatnya, jangankan aku, sahabatku saja baru dua kali melihatnya, ketiga kalinya langsung aqad nikah.

"Hmmm, aku baru bertemu sekali, jadi yang ketiganya adalah proses meminang." pikirku dalam hati, membuat gumpalan hasrat yang suci. Kesucian dalam melangsungkan pernikahan. Tercipta dikhayal sosok wanita bernama Indah.
Usiaku memang sudah cukup. Terlebih melihat teman-teman yang sebagian besar sudah menikah, aku selalu saja diprovokasi agar menyusul. Aaakhh..., mereka seakan menyuruhku untuk cepat-cepat menikah. Betapa tidak, setiap berkunjung kerumah. Mereka selalu berpasangan, berduaan, berjalan berdua, merasakan indahnya malam pertama, tak jarang mereka didepanku menciumi istrinya, mengecup keningnya, meremas jarinya. Aaakhhhh... Aku iri!! Aku juga ingin cepat menikah, aku ingin merasakan nikmatnya memadu kasih. Tapi, semua tahu bahwa keluargaku saja belum mengizinkanku menikah, dengan alasan belum dapat kerja atau usia masih kecil. Padahal, dari usia aku sudah cukup.

Dikeramaian walimahan seorang sahabat, suasana begitu romantis, beberapa sahabat yang datang menyalami. Mereka memboyong istri-istri mereka, masih membelai mesra.
Disudut depan, seorang wanita yang tak pernah kulupakan duduk dengan manisnya, dekat pengntin wanita. Dengan senyuman yang mempesona indah. Disana Indah, yang selama ini aku cari menampakkan diri saat resepsi pernikahan sahabtku. Aaakhh..., jodoh memang tidak kemana. Saat yang tepat, tak boleh aku sia-sia kan. Secepat kilat aku mendekatinya, sedetik kemudian sudah disampingnya. Dia nampak terkejut, namun masih terlihat cantik.
"Maass..., Ade?"
"Indah?"
Sejenak kami terdiam, sorot matanya penuh kebahagiaan. Pengantin wanita membuyarkan lamunan kami.
"Rupanya kalian sudah saling kenal?, Indah kamu sudah mengenal Ade, sahabat suamiku, kini. Ade, kamu mengenal Indah, dia sahabatku."

Selanjutnya, kami membahagiakan pengantin, saling bercerita dengan indah, tentang sahabatku Dodi yang saat ini sedang bermesraan dengan istrinya yang syah, Indah menceritakan persahabatannya dengan Istri Dodi. Dengan diselingi tawa renyah dari kami. Menyegarkan suasana walimahan.

"Kamu tidak memakai nomor ha-pe dulu lagi ya?, pernah (padahal beberapa kali) aku hubungi kamu, kok gak nyambung sih?" seketika ucapku.
"Ooooh! Maaf, waktu shalat dzuhur itu ha-peku terjatuh dan semua isinya berantakan termasuk pin-kartu yang kupakai, dan sampai sekarang tidak ketemu." jelasnya. Sejuta hati yang gundah, seribu kekecewaan dan prasangka gak baik seketika lenyap ditelan waktu yang terus berlari.
Jam terus berputar, ibu pasti marah besar jika sudah siang aku belum pulang mengembalikan baju batik yang kupinjam ketetangga sebelah.
"Wah, maaf ya. Aku harus pulang, sudah siang nih." ucapku, segurat kekecewaan terlintas di wajah Indah.
"Saya juga harus pulang." singkatnya.
Akhirnya, aku dan dia pulang bersamaan. Diperjalanan kami brcerita tentang masa depan. Tentang indahnya berkeluarga. Tentang Sakinah, Mawaddah Wa rahmah.
Sebelum brpisah...
"Indah....," sapaku pelan, dengan nada bergetar terbata-bata.
"Kenapa, A?" balasnya lembut.
"Hmmm, sudah ada niat untuk me...ni..kah?" dengan harapan yang teramat agung.
"Sudah ada..,"jawabnya pelan.
"Apa??!!" aku terkejut.
"Sudah ada niat, tapi belum ada laki-laki yang berani menyatakan: Cinta." balasnya dengan mata berbinar-binar penuh harapan. Meredakan kegalauan yang nyaris membuat patah hati.

Jiwa pemudaku muncul. Kegagahan yang telah lama terpatri seketika meledak. Keyakinan dan keinginan selam ini terpendam membuncah, membanjiri rona alam yang mempesona. Melahirkan kekuatan dan keberanian yang semakin kuat, terbang melayang keseluruh arah.
"Maukah Dinda menjadi istriku??"
Sebuah pengakuan yang terdalam dari isi hatiku. Wajahnya merona merah. Keayuannya memancarkan butir-butir kebahagiaan. Nampak keindahan syurgawi yang selama ini terpelihara dalam diri. Dia tertunduk malu. Jari-jemarinya tak bisa diam. Gemuruh didadanya terdengar menyentuh gemuruhnya hatiku. Sebuah penyatuan jiwa yang selama ini mendamba hadirnya cinta.
"Mas..., Insyaallah..., Indah siap. Indah bersedia."

masih tertunduk, bibirnya menyusun kata-kata yang selama ini kuharapkan. Jilbabnya yang melambai-lambai terbawa angin yang seakan menjadi saksi bisu cinta kami berdua.

Tentu saja setelah hari yang teramat bahagia itu, kuungkapkan kepada ibu, memohon doa restu, dengan merayu penuh cinta mengucap keinginan menikahi seorang bidadari. Aaakhh..., alam tidak selalu cerah, ibu menolak dengan tegas.
"Mau kawin? mau pake apa? Pake uang kertas!! Semuanya sekarang harus pakai uang, kerja belum... minta kawin!! Kamu bukan di zaman nabi lagi, yang hanya dengan mengucap basmallah kamu bisa kawin, hanya dengan sepeser kamu bisa kawin!!" kata-kata ibu menusuk ulu hatiku, semua memang salahku sendiri. Kenapa sampai detik ini belum kerja, kenapa tidak mencari uang, mencari penghasilan. Kalau saja waktu kuliah aku mengikuti saran Farhan membuka kios, tentu saja saat ini beberapa lembar uang unuk menikah dapat terkumpul.

Aku menangis, lelehan air mata membasahi pipiku. Menyiksa batin yang selama ini aku hiasi dengan cinta.
"Maafkan Mas, dinda. Mas belum bisa menikahimu!!"
Dua minggu sudah harapan itu berlalu, perlahan redup. Indah yang menunggu tak sabar memintaku menemui orangtuanya, sebagai komitmen cinta dan kata kalbuku. Aku tak sanggup menahan sesaknya dada ini. Hanya dimalam yang hening kubersujud padaNya, memohon kemurahanNya, meminta belas kasihNya. Mengharapkan kasih sayangNya.
Jumat pagi, ponselku berbunyi. Sajadah yang basah oleh air mata kulipat dengan khidmat. Kuterima suara diujung ha-pe. Suara lelaki berucap.

"Selamat...!!, sekali lagi selamat! Bapak Ade kelana menjadi pemenang dalam lomba penulisan karya ilmiah, sebagai juara pertama. Mendapat uang tunai sebesar 20 Juta. Benar 20 juta! Besok silahkan ambil langsung di panitia."
Bagai bumi yang kering setahun mendadak tersiram air hujan. Aku bahagia sekali. Mulutku tak bisa berucap. Sekejap terpaku dalam hening. Lalu sederet takbir menggema, takbir memekikan kemenangan. Takbir akan kekuasaan sang ilahi. Memang tiga bulan yang lalu aku mengirim sebuah karya ilmiah, dan aku sendiri lupa bahwa pengumumannya kemarin.

Hari ini, dengan gagah dan rapi bergegas mendatangi panitia lomba. Dengan wajah yang ceria dan tubuh yang sehat. Tidak biasanya, pagi tadi ibu menyiapkan sarapan yang enak, membuat selera makanku bangkit. Dua piring habis kulahap. Ibu dengan wajah berbinar-binar, ikut senang anaknya dapat uang banyak, tentu saja beberapa lembar akan jatuh ketangan kasarnya.
Ditempat panitia lomba aku langusng menagih hadiahku, gepokan uang seratus ribuan berderet dihadapanku. Dengan teliti kuhitung perlembarnya, sudah cukup. Sejurus pulang kerumah dengan wajah berseri-seri.

Sejak itu semuanya lancar. Orangtua indah mengizinkan kami menikah. Indah tersenyum, malu-malu. Ia masuk kekamarnya. Aku hanya melihatnya berjalan seperti bidadari yang hendak dikecup.
"Sebulan lagi aku akan dikamar itu, bersamamu." gumamku dalam hati.
Sebulan waktu yang pendek, persiapan diatur sedemikian rupa. Keluara Indah yang memiliki perusahaan dua, hendak menyenangkan hati putri satu-satunya. Jadi, gelar S1 cukup bisa memegang sebuah perusahaan yang dihadiahkan oleh ibu mertua untuk kami, kelak.
Hari yang cerah, disebuah rumah yang megah. Bersama dua keluarga besar, berkumpul menyaksikan sebuah sejarah baru dari dua insan yang hendak memadu kasih. Sebuah aqad nikah yang sakral, dan hanya sekali.

Indah sudah merelakan untuk menjadi teman hidupku, maka sesaat lagi jalinan perasaan itu akan sah. Sesaat lagi, apa-apa yang haram bagi kami telah menjadi halal atas karunia Allah. Sesaat lagi, seorang jejaka akan memberikan kelembutan sikap kepada wanita, bernama Indah yang beberapa waktu lalu aku pinang. Inilah akad nikah. Inilah akad yang menjadikan halal apa-apa yang sebelumnya haram, dan membuat berpahala apa-apa yang sebelumnya merupakan dosa.

Aqad nikah diakhiri dengan takbir para undangan. Menyambut kami yang sudah Syah. Sebagai suami-istri. Indah resmi menjadi isriku, aku menjadi suaminya.
"Alhamdulillah, aku jadi nikah juga." bisikku pada seorang sahabat yang datang dengan istrinya.
Mulai hari ini, dia akan kujaga, tak akan kubiarkan air matanya menetes karena kesombonganku. Dia akan kubahagiakan, ku jadikan bidadari dalam rumahku. Aku akan menjadi suami yang berada didepannya dalam keadaan sesulit apapun. Semua kesedihan, sakit, dan kegalauannya adalah milikku juga.

Kupegang tangan istriku yang cantik. Kuremas jari-jarinya yang lembut. Ia tertunduk malu. Kuangkat dagunya yang indah. Nampak tetesan air mata kebahagiaan. Aaakhh...., Aku terbang keawan yang biru, indah. Indah sekali. Dengan sejuta asa dalam hati. Dengan seribu urat syaraf yang berlarian. Diiringi detak jantung yang saling berkejaran. Aku dekatkan bibirku pada keningnya. Ah, kecupan pertama yang indah. Hangat. Meresap dalam rongga dada. Ia membuka matanya yang sayu-putih. Aku tersenyum, Indah membalas senyumku, senyuman termanis sejak ia jadi istriku.

Aqad telah berakhir, suasana ramai menyertai kebahagiaan kami, semua karib kerabat mengucapkan selamat, menyalami dengan hangat.
Malam cepat berkunjung. Burung-burung telah terbang kembali kesarangnya. Suasana diluar cerah. Para tamu berangsur meninggalkan malam yang hening. Setelah semua sepi, Indah meninggalkanku pergi berwudhu, sedetik kulihat ia berjalan kekamar, kulihat senyumnya menggoda hatiku, ia menganggukan kepala. Akupun mengambil wudhu, mengikutinya memasuki kamar. Kami melaksanakan sholat Isya bersama. Rasa cinta menghadirkan kerinduan-kerinduan halus. Walau dihiasi salah tingkah dan malu-malu. Dua rakaat sunnah kami laksanakan.

Selepas sholat dia mencium tanganku penuh kelembutan, meminta doa akan kesejahteraan dan kedamaian dalam keluarga. Segelas air susu tersedia sedari tadi, aku meminumnya dia pun menghabiskan setengah gelas yang masih tersisa.

Aku duduk ditempat tidur yang bertaburan bunga. Wangi semerbak menggoda gairah pengantin baru. Indah duduk disampingku. Perlahan melepaskan jilbabnya. Subhanallah, rambutnya halus terurai. Wajahnya nampak indah dengan rambut halusnya terurai. Kini telah hadir sosok bidadari dihadapanku. Kembali kuremas jari jemarinya yang lembut. Kutatap bola matanya, dan kukecup keningnya. Ah, masih hangat. Tanganku memegang pipinya yang ayu. Ia tertunduk malu. Kugoda dengan kata-kata manis yang membuatnya semangat. Setelah itu kami terdiam, diam seribu kata. Kuangakat dagunya, dia tersenyum. Kupandangi bibir tipisnya yang merah-jingga.

Kudekatkan bibirku ke bibirnya. Namun, seketika telunjuknya menghentikan bibirku, menempel sebuah telunjuk yang halus. Kedua tangannya memegang pundakku, meremas-remasnya. Aku tetap menatapnya. Membiarkan dirinya merasakan apa yang diinginkan. Aku mengikhlaskan diri, membiarkan istriku yang sedang merasakan kebahagiaan denganku. Dia menggoyangkan bahuku, pelan... pelan.. pelan.

Namun semakin lama semakin kuat.. semakin keras... Ia goyangkan tubuhku dengan kerasnya. Terus... terus.. terus... aku hamir jatuh. Ia seakan tertawa, melihatku yang sedikit ketakutan. Ia memukul dadaku. Menggoyangkan tubuhku, kali ini lebih keras lagi. Dorongannya semakin kuat. Aku terkejut!! Ia dorong lagi. sampai terjatuh. Aku terjatuh, keras sekali.
"Uuhkhhh... Sakit!!"
****************

"Mas... bangun mas... sudah sampai terminal Pulogadung!!" kulihat seorang bapak berkumis berdiri dihadapanku, bangku-bangku bis nampak berjejer. Kulihat sekeliling sudah sepi. Wanita yang disamping pun lenyap.
"Aaaaaaaakhh..., ternyata semua ini hanya mimpi."