30 Juni 2011

Janganlah Mendekati Zina [Artikel Islami]

Jangan Mendekati Zina



"Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk." (Al-Israa': 32).

Membaca, memahami, dan merenungkan ayat ini, kemudian melihat kenyataan dalam hidup masyarakat kita saat ini sungguh akan membuat kita merinding dan malu. Bagaimana tidak? Salah satu dosa besar yang dimurkai Allah telah menjadi hal yang biasa dilakukan sebagian masyarakat kita tanpa malu-malu dan rasa takut. Segala pintu dan sarana pendukung menuju ke arah perbuatan zina tersebar luas dengan sangat leluasa tanpa hambatan yang berarti.



Alat propaganda zina demikian luas jaringan dan jangkauannya, ditambah lagi dengan harga yang murah: mulai dari koran harian, mingguan, tabloid, majalah, tayangan-tayangan televisi, vcd-vcd nista yang berhamburan di pasar-pasar terbuka, yang kesemuanya itu dapat diakses oleh siapa pun juga. Protes-protes dan demonstrasi yang sering terjadi yang menentang hal-hal seperti ini hanya ditanggapi dingin oleh pemerintah beserta aparat berwenang. Mereka lebih sibuk mengurus diri mereka sendiri. Mereka siap menggadaikan moral bangsa ini dengan segepok dolar atau sedikit julukan modern.



Bahkan, iklan-iklan yang menyerukan masyarakat untuk menghindari AIDS pun tidak kalah hebatnya dalam melegalkan perzinaan. Bukannya melarang dan mencegah orang dari zina agar terhindar dari AIDS, malah dengan gayanya secara tidak langsung telah mengatakan silahkan berzina tapi pakailah kondom. Apakah kondom memang dapat mencegah AIDS? Tidak, ada sebagian dokter yang telah meneliti mengatakan bahwa ternyata pori-pori kondom jauh lebih besar dari virus HIV. Hal ini hanya dapat dilihat dengan alat khusus. Hanya satu cara aman dari AIDS, yaitu hindari dan jauhi zina.



Ayat di atas melarang kita untuk mendekati zina. Artinya, segala hal yang merupakan jalan menuju perzinaan harus kita jauhi, apalagi zinanya sendiri, tentunya lebih wajib kita jauhi. Perlu juga kita sadari bahwa segala keterbukaan dan kebebasan yang salah kaprah ini pasti menimbulkan akibat yang tidak ringan pada masyarakat kita. Suatu keburukan akan lebih cepat menular dibanding kebaikan. Sudah sangat banyak terjadi pelecehan seksual terhadap anak-anak, remaja, dan wanita dewasa yang merupakan dampak dari nafsu birahi yang terpancing oleh segala hal-hal yang menggiring orang untuk berzina. Betapa banyak rumah tangga yang hancur berantakan gara-gara zina yang tidak hanya mengorbankan suami istri tetapi juga anak-anak mereka. Korban-korban perkosaan dan pelecehan akan membawa aib seumur hidup, sementara pelakunya hanya dihukum dalam hitungan tahun atau bulan yang ringan.



Banyak sekali keburukan dan kerugian zina, baik secara materi, psikologi, agama, moral, sosial, dan keluarga, serta lain-lainnya. Masalahnya sekarang, apakah kita mau belajar dari peristiwa-peristiwa yang telah lalu untuk menghindari zina? Bukankah Allah telah menghalalkan pernikahan? Bahkan, dihalalkan menikah sampai empat orang istri? Tetapi anehnya kebanyakan masyarakat kita justru memandang jelek terhadap orang yang berpoligami, dan memandang orang yang berzina, melacur, dan sejenisnya biasa-biasa saja seakan-akan hal itu halal-halal saja. Subhaanallah, kita harus segera introspeksi diri dan taubat sebelum Allah menurunkan azab-Nya. Sekarang memang sudah serba terbalik. Yang haram dianggap halal dan yang halal dianggap haram. Na'uudzu billah.

Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia

28 Juni 2011

Seberapa Penting Pacaran Sebelum Menikah?

Pacaran ? siapa yang tidak kenal kata itu.
Kata “pacaran” memang sangat familiar di telinga kita. Pacaran itu bak bumbu sehari-hari yang selalu kita lihat. Di jalan, di sekolah, di mall, bahkan sampai di televisi dengan mudah ditemui orang pacaran. Pacaran ini tak ubahnya bagian dari gaya hidup masyarakat pada saat ini. Lalu apa sih pacaran itu sebenarnya ?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pacaran adalah berteman dengan lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih. Namun, makna pacaran bisa juga diartikan berbeda-beda tergantung masing-masing orang. Pacaran bisa membuat hidup lebih nikmat, lebih indah dan lebih berwarna bagi mereka yang sedang dimabuk asmara. Namun, pacaran bisa juga membuat hidup menderita, galau dan juga menambah beban fikiran bagi mereka yang sedang dilanda konflik asmara. Pertanyaannya adalah, seberapa pentingkah pacaran itu ? apakah pacaran itu perlu ?

Nah, berikut ini adalah beberapa fenomena-fenomena pacaran dari berbagai sudut pandang. Mungkin ini bisa dijadikan acuan untuk memutuskan apakah pacaran perlu atau tidak. Apa sajakah itu ? ini dia!


1. Pacaran Beresiko

Memang pacaran dilakukan sebagai perwujudan cinta, namun bukan berarti pacaran ini tanpa resiko. Sudah banyak kasus pelecehan seksual yang terjadi karena pacaran. Mengapa bisa begitu ? sekali lagi saya katakan, pacaran itu beresiko. Awalnya ketika berpacaran hanya saling berpegangan tangan, lama-kelamaan cium pipi, berlanjut ke cium bibir dan akhirnya seperti itulah yang terjadi.

Dalam Islam, pacaran itu adalah zina, walaupun masih tergolong zina kecil. Mendekati zina saja dilarang apalagi zina? Pacaran itu ibarat api, jika bermain-main dengan api dan tidak hati-hati maka akan terbakar oleh api itu sendiri.

Memang tidak semua orang yang berpacaran seperti itu. Ada sebagian yang berpacaran dengan prinsip yang mereka pegang teguh. Prinsip untuk berpacaran secara sehat. Namun, seperti kata pepatah “mencegah lebih baik daripada mengobati”. Lebih baik mencegah resiko yang akan ditanggung daripada mengobati resiko yang sudah didapat dari pacaran.


2. Pacaran, Mempengaruhi Kehidupan di Masa Depan

Sudah berapa kali anda pacaran ? sekali, dua kali atau bahkan tiga kali ? jika anda berpacaran lebih dari sekali tentunya dengan pasangan yang lebih dari satu bukan ? Saya pernah diberitahu oleh guru saya, guru sosiologi, bahwa pacaran itu bisa berdampak pada kehidupan masa depan dalam berumah tangga. Berdampak pada apa sih ? kata beliau, apabila mereka yang pacaran lebih dari sekali dengan pasangan yang berbeda-beda, mereka akan memiliki banyak kenangan terhadap pasangannya.

Lalu apa dampaknya ? dampaknya akan dirasakan ketika menikah nanti. Ketika sudah menikah, kenangan indah saat berpacaran dulu akan teringat di memori otak mereka. Sehingga mereka akan membandingkan masa pacaran dulu dengan masa pernikahan mereka sekarang. “aku dulu waktu pacaran sama XXX lebih enak, dia lebih perhatian daripada kamu” atau “kamu kok hemat banget sih, ngga kaya XXX, dia sering ngajak makan diluar” mungkin begitulah ilustrasinya. Tentu Anda akan merasa marah apabila dibanding-bandingkan seperti itu bukan ? Hal ini pasti akan memicu konflik dalam kehidupan rumah tangga, percaya deh …


3.Pacaran Memotivasi?

Pacar mungkin bisa dijadikan motivasi ampuh dalam melakukan suatu hal. Saya dulu punya temen yang tidak bisa bermain futsal dengan baik, tetapi ketika dilihat pacarnya, Ia bermain dengan sangat baik. Ini membuktikan bahwa pacaran memang memotivasi.

Namun, apakah hanya pacaran saja yang bisa memotivasi ? toh tidak juga kan. Banyak berbagai macam hal yang dapat dijadikan motivasi dalam menjalani hidup. Motivasi yang jauh lebih kuat dari hanya sekedar pacaran.


4.Pacaran, untuk apa ?

Apa sih tujuan pacaran ? apakah untuk menikah ? lalu mengapa masih ada kata “putus” dalam perbendaharaan pacaran ?

Nah inilah pertanyaan yang masih belum bisa saya jawab. Jawaban umum yang akan ditemui dari pertanyaan diatas mungkin “karena aku cinta dia”. Lalu, apa yang akan dilakukan setelah pacaran ? apakah menikah ? tetapi bagaimana bila nanti “putus” ditengah jalan ?  

Setelah putus tentu segala pengorbanan, perjuangan, dan cerita cinta hanya tinggal kenangan. Tidak ada yang tersisa dari pacaran selain kenangan. Apakah pacaran ini hanya bertujuan untuk membuat kenangan ? hehe


5.Pacaran, Antara Cinta, Nafsu, dan Tren

Memang sulit untuk membedakan antara cinta, nafsu dan tren dalam pacaran. Ada orang yang berpacaran karena memang faktor cinta, mereka mencintai pasangannya setulus hati. Namun, ada juga yang berpacaran karena nafsu sesaat, karena tubuh yang menawan dan aduhai yang dimiliki oleh pasangannya. Dan ada pula yang pacaran karena tren, “haree genee ga punya pacar ? ga gahool loe” mungkin seperti itulah alasan mereka yang pacaran karena mengikuti tren.

Cinta dan nafsu itu beda-beda tipis. Cinta pun kadang kala bisa berubah menjadi nafsu ketika ada kesempatan untuk melakukannya…

Bagaimana Sobat Blogger ? setelah membaca, apakah sudah bisa menjawab pertanyaan saya diatas ? Apakah pacaran itu perlu ? please share it ..

27 Juni 2011

Tips menghadapi Tes Bakat Skolastik (TBS)

Sebagian orang menganggap Tes Bakat Skolastik sebagai tes yang sulit dan membingungkan . Namun sesungguhnya, ada beberapa tips yang membantu anda agar sukses menaklukkan TBS ini. Tips tersebut antara lain adalah :
Satu bulan sebelumnya berlatihlah soal-soal TBS sebanyak mungkin. Dan patuhilah batasan waktu dalam mengerjakan TBS yang ada. Ini penting untuk membiasakan diri anda bekerja cepat menyelesaikan soal-soal tersebut. Jika anda tidak mematuhi batasan waktu tersebut, anda akan terbiasa mengerjakannya dengan santai dan dalam waktu yang lama. Jika ini terjadi, maka ketika anda mengerjakan soal TBS yang sebenarnya, maka anda akan mengalami kesulitan pengaturan waktu. Latihan soal-soal TBS sebanyak-banyaknya akan membuat anda akrab dengan berbagai jenis dan model soal. Analisa anda dalam mengerjakan soal-soal tersebut juga akan meningkat seiring dengan banyaknya latihan yang anda kerjakan.

Dalam tes TBS, tes angka yang diberikan umumnya adalah angka-angka yang bisa dikerjakan tanpa harus menggunakan rumus-rumus matematika tertentu yang rumit. Oleh sebab itu, tak perlu anda menghafal berbagai macam rumus-rumus matematika yang rumit untuk menghadapi tes TBS, karena hal itu justeru akan membebani anda saja. Yang diperlukan adalah logika berpikir terstruktur. Dengan banyak latihan soal, logika berpikir anda akan terbantu untuk semakin terstruktur sehingga memudahkan anda mengerjakan soal-soal serupa dengan cepat dan benar.


Saat anda mengerjakan soal-soal TBS, kondisikan diri anda dalam keadaan konsentrasi penuh. Tapi rileks. Tidak tegang. Tidak panik. Tegang hanya akan membuat energi otak anda cepat terkuras. Panik membuat anda mengerjakan soal secara ceroboh dan terburu-buru. Sehingga mudah terkecoh oleh jawaban yang sekilas benar.

Jangan memperturutkan rasa penasaran anda terhadap satu soal tertentu. Ini sangat berbahaya. Rasa penasaran terhadap satu soal tertentu (biasanya terjadi pada soal-soal numerik atau angka) membuat waktu anda terkuras untuk mengerjakan soal tersebut. Belum lagi energi anda juga turut berkurang secara signifikan. Ditambah lagi emosi juga akan naik, bila ternyata kemudian anda gagal menemukan jawabannya. Ingatlah bahwa setiap butir soal TBS memiliki bobot nilai yang sama. Sehingga jangan membuang-buang waktu untuk sekedar memperturutkan rasa penasaran anda tersebut.



Soal Tes CPNS adalah sebuah tes standar yang dipakai untuk menyeleksi para pelamar Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) baik untuk CPNS departemen maupun non departemen. Dari tahun ketahun materi Soal CPNS selalu mengalami perubahan, baik dalam jenis, komposisi, maupun prosentase jumlah soal suatu bidang tertentu terhadap keseluruhan soal.
Sebelum tahun 1990 Soal Tes CPNS berbagai departemen dan non departemen, umumnya hanya berisi Tes Kemampuan Umum. Yakni Pancasila, UUD, Sejarah, Pemerintahan (Tata Negara), Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
Pada perkembangannya, mulai tahun 1998, Soal Tes CPNS mulai menunjukkan perbedaan. Sejak tahun tersebut mulai muncul soal-soal dari jenis Tes Bakat Skolastik. Soal jenis Tes Bakat Skolastik ini terdiri dari Tes Verbal, Tes Numerik, Tes Logika, dan Tes Spasial. Tes Verbal berfungsi untuk mengukur kemampuan seseorang di bidang kata dan bahasa. Tes ini meliputi tes sinonim (persamaan kata), tes antonim (lawan kata), tes padanan hubungan kata, dan tes pengelompokan kata. Tes numerik berfungsi mengukur kemampuan seseorang di bidang angka, dalam rangka berpikir terstruktur, logis dan matematis. Tes ini meliputi tes aritmetik (hitungan), tes seri angka, tes seri huruf, tes logika angka dan tes angka dalam cerita. Tes logika berfungsi mengukur kemampuan seseorang dalam penalaran dan pemecahan persoalan secara logis atau masuk akal. Tes logika ini meliputi tes logika umum, tes analisa pernyataan dan kesimpulan (silogisme), tes logika cerita dan tes logika diagram. Sedangkan tes spasial, berfungsi mengukur daya logika imajinasi ruang (gambar) yang dimiliki seseorang. Tes ini terdiri dari tes padanan hubungan gambar, tes seri gambar, tes pengelompokan gambar, tes bayangan gambar dan tes identifikasi gambar
Dan akhirnya, mulai tahun 2005 sampai dengan sekarang, Soal Tes CPNS baik departemen maupun non departemen, umumnya telah menambahkan jenis soal baru, yakni Tes Skala Kematangan. Tes Skala Kematangan yang diujikan dalam tes CPNS sesungguhnya adalah sebuah tes psikologi yang mengukur tingkat kedewasaan (kematangan sikap) seseorang dalam bertindak ketika dihadapkan pada situasi tertentu. Dalam Ilmu Psikologi, Tes Skala Kematangan merupakan adaptasi dari Maturity Test atau Test of Adultness. Para psikolog yang mengembangkan Maturity Test ini antara lain Dr.Robert Epstein, seorang psikolog Amerika yang meraih gelar PhD bidang Psikologi dari Universitas Harvard pada tahun 1981. Epstein adalah profesor dan peneliti ilmu psikologi, yang mendirikan Cambridge Center for Behavioral Studies di Massachusetts Amerika. Epstein juga merupakan peneliti dan Profesor pada California School of Professional Psychology, sekaligus mengajar di National University, Boston University, the University of Massachusetts at Amherst, the University of California San Diego, and the HAL College of Technology and Design (Japan).
Materi Tes Skala Kematangan yang diujikan dalam Ujian Tes CPNS lebih menekankan aspek-aspek kedewasaan tertentu yang paling dibutuhkan oleh sosok seorang pegawai bangsa (pegawai negeri). Aspek kedewasaan yang sering diujikan dalam Tes Skala Kematangan CPNS tersebut adalah aspek integritas, aspek kejujuran, aspek tanggung-jawab, aspek kemampuan beradaptasi, aspek pengendalian diri, aspek semangat berprestasi, aspek inisiatif, aspek kreatifitas kerja, aspek ketekunan, aspek penghargaan terhadap orang lain, aspek ketegasan, aspek kepercayaan diri, aspek toleransi, aspek kepedulian lingkungan, dan aspek efisiensi kerja.
Berdasarkan perkembangan pola Soal Tes CPNS dari tahun ke tahun dapat dicermati satu hal. Yaitu prosentase jumlah soal Tes Bakat Skolastik dan Tes Skala Kematangan cenderung naik, sementara prosentase jumlah soal Tes Pengetahuan Umum cenderung menurun. Untuk keterangan lebih lengkapnya, silakan klik menu disamping.


TES GAMBAR
Tes Bakat Skolastik Seri Gambar
Tes seri gambar ini mirip dengan seri angka maupun seri huruf. Anda diminta untuk menganalisa gambar apa yang akan menjadi gambar lanjutan dari sederet gambar yang ada
Tes Bakat Skolastik Pengelompokan Gambar
Dalam soal tes pengelompokan gambar ini, anda sebagai peserta tes TBS diminta untuk menemukan satu gambar yang tidak masuk dalam kelompok gambar yang diberikan. Gambar yang tidak masuk kelompoknya tersebut bisa saja karena tidak serupa, tidak identik maupun tidak sepola dengan gambar lainnya. Untuk menjawab soal tes jenis ini anda harus cermat menangkap pola keseluruhan gambar kelompok.
Tes Bakat Skolastik Bayangan Gambar
Soal tes bakat skolastik jenis bayangan gambar sesungguhnya tidak terlalu sulit. Namun, yang menjadi kendala adalah waktu pengerjaan setiap butir soal sangatlah terbatas. Dengan demikian, peserta tes harus mampu menemukan jawaban yang benar dalam waktu sesingkat mungkin. Tes bayangan gambar ini merupakan salah satu jenis tes yang menguji kejelian spasial (daya logika ruang) seorang peserta.

Tes Bakat Skolastik Hubungan Gambar
Dalam tes jenis ini, anda harus mampu menganalisa hubungan pola (pattern) dari gambar-gambar yang diberikan. Hubungan tersebut dapat bersifat hubungan ukuran, hubungan sifat, hubungan arah, hubungan jumlah, hubungan model, maupun sifat hubungan lainnya.
Tes Bakat Skolastik Identifikasi Gambar
Logika spasial (logika ruang) anda akan diuji benar dalam tes jenis ini. Untuk mampu mengerjakan soal tes bakat skolastik identifikasi gambar anda haruslah mampu melakukan imajinasi ruang terhadap struktur pembentuk dari gambar-gambar yang diberikan dalam soal.
TES ANGKA
Tes Bakat Skolastik Aritmatika
Tes aritmatika (tes hitungan) ini sebenarnya adalah tes yang sederhana. Peserta diminta untuk menghitung operasi penjumlahan, pengurangan, pembagian dan perkalian dari sejumlah angka. Meskipun terlihat sederhana, namun operasi hitungan pada tes TBS ini umumnya menggunakan angka-angka yang panjang dan 'alot' untuk dihitung sehingga memakan banyak waktu jika dikerjakan secara standar. Padahal seperti yang anda ketahui bahwa batas waktu dalam tes TBS sangat cepat.
Contoh Soal
1. (3/4) A = 7 + (3/2) A. Berapakah nilai A ?
-12/7
21/4
-21/4
28/3
-28/3
2. 32/9 : 0,75 =
6/16
3
3,5
16/6
16/5
3. 0,875 : 5/2 =
0,35
0,55
0,53
0,25
2,65
4. 3/8 dari 40% adalah ?
0,15
0,11
16%
15,5%
0,13
Tes Bakat Skolastik Numerik Seri Huruf
Tes seri huruf ini pada prinsipnya adalah sama dengan tes seri angka. Peserta diminta untuk mencari deret urutan huruf selanjutnya dari deretan huruf yang ada. Untuk mendapatkan jawaban, seorang peserta haruslah teliti dan banyak berlatih untuk mempertajam daya analisa dan ketelitiannya.
Contoh Soal
1.Seri huruf: D F I M selanjutnya...
R
Q
P
S
O
2.Suatu seri huruf : X S O L selanjutnya...
K
I
J
H
G


Tes Bakat Skolastik Seri Angka
Untuk mengerjakan tes numerik seri angka ini, peserta harus mampu menganalisa deret urutan paling logis dan konsisten dari angka-angka yang diberikan. Dalam soal ini, terkadang seolah ada dua jawaban yang memungkinkan. Namun demikian, sesungguhnya hanya ada satu pilihan jawaban yang benar.
Contoh Soal
1. Seri angka: 18 16 0 19 17 0 selanjutnya
20 18
22 20
18 20
21 18
23 19
2. Seri angka: 80 60 41 24 10 selanjutnya...
8
6
4
2
0

Tes Bakat Skolastik Angka Dalam Cerita
Untuk dapat mengerjakan soal-soal tes angka dalam cerita dengan baik, anda harus membiasakan diri mengerjakan soal-soal jenis ini sebanyak mungkin. Karena jika anda sudah akrab dengan soal ini, maka anda akan mudah melakukan formulasi perhitungan angka-angka yang terdapat dalam cerita.
Contoh Soal
1. Untuk membaca 4 halaman situs BanyakBeasiswa.com Dini butuh waktu x menit. Maka dalam 9 menit dini mampu membaca berapa halaman ?
9/4x
4x/9
9x/4
9/4
36/x
2. Natsir mendapat nilai 81 untuk IPA . Nilai 89 untuk IPS. Nilai 78 untuk Bhs Indonesia. Dan nilai 86 untuk Matematika. Bila natsir ingin mendapatkan rata-rata nilainya sebesar 84. Maka berapakah nilai yang harus diperoleh untuk pelajaran Bahasa Inggris ?
88
85
86
84
90
3. Bela membeli baju dengan harga terdiskon 15% dari Rp.80.000,-. Setelah itu karena bela sedang berulang tahun, dia mendapat diskon tambahan sebesar 25% dari harga awal setelah dikurangi diskon 15% diatas. Berapakah harga yang harus dibayarkan oleh Bela ke kasir ?
Rp. 48.000,-
Rp. 51.000,-
Rp. 50.000,-
Rp. 55.000,-
Rp. 41.000,-

Tes Bakat Skolastik Logika Angka
Dalam tes logika angka ini, seorang peserta tes TBS harus mampu melakukan penalaran logis terhadap satu atau serangkaian persamaan angka-angka yang ada. Karena soal ini pada prinsipnya menuntut anda untuk mentransformasikan penalaran logis kedalam angka.
Contoh Soal
1. Nilai m = 4 dan n = 4/3 m. Maka yang benar adalah...
m = 4/3 n
m > n
m = n-3
m= 3/4 n
m-n = 0
2. Jika m = p2 + 2. Dan n = 4+ p2. Maka pernyataan yang benar adalah...
n = 2 m
n < m
m - 2 = n - 4
p = m + n
m + n =p2 + 6




TES LOGIKA
Tes Bakat Skolastik Logika Umum

Dalam soal jenis ini, anda diminta untuk melakukan penalaran yang masuk akal (logis) dari pernyatan singkat yang diberikan dalam soal.
Contoh Soal :
1. Sebagian pemain sepak bola mengeluhkan masa depannya setelah pensiun dari bermain bola.
Bambang adalah pemain sepak bola. Dia pasti mengeluh soal masa depannya
Ranti bukanlah pemain sepakbola, jadi dia tak pernah mengeluhkan masa depannya
Kalau ada yang mengeluh soal masa depan, pastilah dia itu pemain sepak bola
Meskipun Budi adalah seorang pemain sepak bola, belum tentu dia mengeluh soal masa depannya.
Masa depan seorang pemain sepakbola memang tak pernah bagus


Tes Bakat Skolastik Analisa Pernyataan dan Kesimpulan (Silogisme)

Dalam soal jenis ini, kita diminta untuk menganalisa apakah suatu pernyataan dan kesimpulan yang diambil dalam sebuah soal itu salah ataukah sudah benar. Contoh dari tes analisa silogisme adalah seperti berikut :
Untuk tes logika silogisme ini, jawablah :
A. Bila benar
B. Bila salah pada pernyataan pertama
C. Bila salah pada pernyataan kedua
D. Bila pernyataan pertama dan kedua salah
E. Bila salah pada kesimpulan
1. Perusahaan mebel X tidak pernah memberi pesangon besar kepada karyawannya yang dipecat
Pak Adi adalah karyawan yang selalu berprestasi diatas rata-rata karyawan lainnya.
Jadi, andaikan pak Adi dipecat tahun depan, pastilah pesangon pak Adi besar.
2. Setiap hari Jum'at seluruh Pabrik tahu di Ambarawa libur dan tidak beraktifitas
Hari ini Pabrik tahu di Ambarawa libur
Jadi, hari ini pasti hari Jum'at
3. Kebodohan dekat dengan kemiskinan
Kemiskinan dekat Kesengsaraan
Jadi, kebodohan dekat dengan kesengsaraan
Tes Bakat Skolastik Logika Dalam Cerita

Dalam soal jenis ini, anda diminta untuk mempelajari suatu cerita singkat dan kemudian melakukan penalaran terhadap setiap pertanyaan yang diberikan berdasarkan informasi dari cerita. Umumnya jawaban dari soal jenis ini tidaklah eksplisit (terlihat langsung dalam cerita). Namun anda harus melakukan penalaran terlebih dulu, untuk kemudian bisa menemukan jawaban yang benar.
Contoh Soal
Ada 7 kotak peti, masing-masing diberi nomor 1 sampai 7. Buah jambu, melon, semangka, jeruk, mangga dan durian akan dimasukkan kedalam peti-peti tersebut dengan aturan sebagai berikut :
Durian harus dimasukkan ke peti nomor 4
Semangka tidak boleh diletakkan tepat disamping melon
Jeruk harus diletakkan disamping mangga
1. Jika melon diletakkan di peti nomor 2, maka manakah yang tidak boleh dilakukan ?
Semangka diletakkan di nomor 3
Jeruk diletakkan di peti nomor 5
Mangga diletakkan di peti nomor 7
Semangka diletakkan di peti nomor 5
Jambu diletakkan di peti nomor 1
2. Jika semangka diletakkan di peti nomor 6, dan buah jambu diletakkan di peti nomor 7, maka peti mana yang kosong ?
Peti nomor 5
Peti nomor 1
Peti nomor 2
Peti nomor 3
Peti nomor 4


Tes Bakat Skolastik Logika Diagram
Dalam soal tes logika diagram ini, anda diminta untuk melakukan penalaran logis berdasarkan diagram yang telah disediakan dalam soal. Soal jenis ini terkadang terlihat mudah, namun bila tidak berhati-hati seorang peserta Tes Bakat Skolastik sering terjebak memilih jawaban yang keliru.

1. Manakah pernyataan yang benar ?
a. Semua A juga C
b. A yang juga B adalah C
c. Sebagian D juga B
d. Semua B juga D
e. Sebagian E juga A
2. Manakah yang pernyataan yang benar ?
a. C adalah B yang bukan A
b. E adalah sebagian dari A yang bukan C
c. E adalah A yang bukan C
d. Sebagian D adalah B
e. Sebagian E adalah C

Tes Bakat Skolastik Simbolisasi
Tes logika simbolisasi ini bertujuan mengukur kejelian anda dalam menganalisa sebuah pengkodean atau simbolisasi satu hal dengan hal lainnya. Dalam tes TBS simbolisasi yang disajikan umumnya adalah dengan menggunakan angka dan gambar.
Contoh Soal
MANJA = OCPLC
RINDU = TKPFW
BILA = ........
DKMC
CJMB
KLUT
REKA
DKNC
TES BAHASA
Tes Potensi Akademik Persamaan Kata (Sinonim)
Soal dari tes persamaan kata ini meminta anda untuk mencari satu kata yang setara atau serupa atau yang paling mendekati maknanya dengan makna kata tertentu yang diminta.
Contoh Soal
1. Dikooptasi
Didekati
Dirumuskan
Dikendalikan
Ditengarai
Diputuskan
2. Harmoni
Nada
Tangga nada
Selaras
Sama
Seimbang
3. Artifisial
Alami
Campuran
Murni
Buatan
Pabrikan

Tes Bakat Skolastik Lawan Kata (Antonim)
Tes Bahasa antonim ini menguji anda untuk menganalisa makna berlawanan dari sebuah kata ilmiah tertentu. Peserta tes bakat skolastik yang kurang jeli terkadang akan terjebak untuk memilih jawaban yang keliru dalam soal jenis ini.
Contoh Soal
1. Keseragaman
Monopoli
Berdua
Tinggi rendah
Disparitas
Uni
2. Harga barang naik
Deflasi
Defaluasi
Infaluasi
Refaluasi
Defisiensi
3. Nomaden
Dinamis
Berpindah
Berpendar
Stagnan
Madani


Tes Bakat Skolastik Padanan Hubungan Kata
Jenis soal dalam tes ini meminta anda untuk mengidentifikasi atau mencari kesetaraan atau padanan hubungan antar kata yang diberikan. Kesetaraan hubungan ini harus anda analisa secara cermat untuk mendapatkan jawaban yang tepat.
Padanan Hubungan 1
1. Agama : Atheis
Sandal : Sakit kaki
Tali : Jatuh
Menikah : Bujang
Antena : Sinyal
Buku : Bodoh
2. Sepeda motor : Bensin
Kuda : Kaki kuda
Pesawat terbang : Avtur
Pedati : Kuda
Hand phone : Listrik
Padanan Hubungan 2
1. Manusia : Tangan Tangan :
Pembuluh darah
Jari
Darah
Kaki
Pundak
2. Elang : Kelinci Ular :
Ikan
Singa
Ulat
Tikus
Gagak


Tes Bakat Skolastik Pengelompokan Kata
Tes Pengelompokan kata ini menguji kemampuan peserta dalam memahami makna suatu kata dan menggolongkannya apakah berada dalam satu kelompok ataukah bukan. Untuk menjawab pertanyaan jenis ini diperlukan kemampuan bahasa dan wawasan umum yang mencukupi.
Contoh Soal
1. Mana yang tidak masuk dalam kelompoknya ?
Tidak dinamis
Fluktuatif
Statis
Diam
Status Quo
2. Mana yang tidak masuk dalam kelompoknya ?
Jumawa
Angkuh
Congkak
Egaliter
Tinggi hati
3. Mana yang tidak masuk dalam kelompoknya ? (tak diperlukan pengetahuan bahasa asing)
RENAISSANTRE
ROCKAROCK
READOM
REALIZATOR
RUINZ

25 Juni 2011

Cinta itu tak terlihat [Artikel Cinta]

Kenapa kita menutup mata ketika kita tidur ?


ketika kita menangis ?

ketika kita membayangkan ?.

Itu karena hal terindah di dunia ini TIDAK TERLIHAT…

Ketika kita menemukan seseorang yang keunikannya SEJALAN

dengan kita…kita bergabung dengannya dan jatuh ke dalam suatu keanehan serupa yang dinamakan CINTA.

Ada hal-hal yang tidak ingin kita lepaskan. Orang-orang yang tidak ingin kita tinggalkan…

Tapi ingatlah…melepaskan BUKAN akhir dari dunia, melainkan awal suatu kehidupan baru.

Kebahagiaan ada untuk mereka yang menangis, mereka yang tersakiti, mereka yang telah mencari…dan mereka yang telah mencoba.

Karena MEREKALAH yang bisa menghargai betapa pentingnya orang yang telah menyentuh kehidupan mereka…

CINTA yang AGUNG ?

adalah ketika kamu menitikkan air mata dan MASIH peduli terhadapnya…

adalah ketika dia tidak mempedulikanmu dan kamu MASIH menunggunya dengan setia, adalah ketika dia mulai mencintai orang lain dan kamu MASIH bisa tersenyum sembari berkata ‘Aku turut berbahagia untukmu’.



Apabila cinta tidak berhasil…BEBASKAN dirimu…

biarkan hatimu kembali melebarkan sayapnya dan terbang ke alam bebas LAGI.



Ingatlah…bahwa kamu mungkin menemukan cinta dan kehilangannya… tapi ketika cinta

itu mati, kamu TIDAK perlu mati bersamanya…

Orang terkuat BUKAN mereka yang selalu menang,

MELAINKAN mereka yang tetap tegar ketika mereka jatuh.

Entah bagaimana dalam perjalanan kehidupan, kamu belajar tentang dirimu sendiri dan

menyadari bahwa penyesalan tidak seharusnya ada.

HANYALAH penghargaan abadi atas pilihan-pilihanan kehidupan yang telah kau buat.

TEMAN SEJATI… mengerti ketika kamu berkata ‘aku lupa..’, menunggu selamanya ketika kamu berkata ‘tunggu sebentar’.

Tetap tinggal ketika kamu berkata ‘tinggalkan aku sendiri’. Membuka pintu meski kamu BELUM mengetuk dan berkata ‘bolehkah saya masuk ?’.

MENCINTAI… BUKANlah bagaimana kamu melupakan,

melainkan bagaimana kamu MEMAAFKAN… BUKANlah bagaimana kamu mendengarkan, melainkan bagaimana kamu

MENGERTI…

BUKANlah apa yang kamu lihat, melainkan apa yang kamu

RASAKAN…

BUKANlah bagaimana kamu melepaskan, melainkan bagaimana kamu

BERTAHAN…Lebih berbahaya mencucurkan air mata dalam hati,

dibandingkan menangis tersedu-sedu. Air mata yang keluar dapat dihapus, sementara

air mata yang tersembunyi menggoreskan luka yang tidak akan pernah hilang…

Dalam urusan cinta, kita SANGAT JARANG menang.. Tapi

ketika CINTA itu TULUS,

meskipun kalah, kamu TETAP MENANG hanya karena kamu

berbahagia…dapat mencintai seseorang…

LEBIH dari kamu mencintai dirimu sendiri…

Akan tiba saatnya dimana kamu harus berhenti mencintai seseorang BUKAN karena

orang itu berhenti mencintai kita,

MELAINKAN karena kita menyadari bahwa orang itu akan lebih berbahagia apabila kita melepaskannya.

Apabila kamu benar-benar mencintai seseorang, jangan lepaskan dia, jangan percaya bahwa melepaskan SELALU berarti kamu benar-benar mencintai.

MELAINKAN…BERJUANGLAH DEMI CINTAMU.

ITULAH CINTA SEJATI.

LEBIH BAIK MENUNGGU ORANG YANG KAMU INGINKAN

DARIPADA BERJALAN BERSAMA ORANG ‘YANG

TERSEDIA’.

KADANG KALA, ORANG YANG KAMU CINTAI ADALAH ORANG YANG PALING MENYAKITI HATIMU

DAN KADANG KALA, TEMAN YANG MENANGIS BERSAMAMU ADALAH CINTA YANG TIDAK KAMU SADARI.

By : Motivasi_Net@yahoogroups.com

Kupu-kupu yang hinggap di nisan tanpa nama! [Cerita Islami]

Kupu-kupu itu selalu menghinggap di atas nisan tanpa nama itu. Nisan dari kayu lapuk yang tepat di bagian timur makam Bapak. Kupu-kupu yang pernah aku lihat dulu. Agaknya memang tiap aku ziarah ke makam Bapak ia sengaja muncul menemuiku. Mengisyaratkan agar aku mengingat masa lalu.

Raut muka yang berseliweran di depan rumahku bukan tampak biasa. Tak wajar. Tegang. Sekitar delapan sampai lima belasan orang berjaga di jalan. Masing-masing memegang gagang kayu sebesar lengan orang dewasa. Mereka bersiap jika ada serangan tak terduga. Bapak ada disitu. Beberapa jam yang lalu, tetanggaku dilempar batu sebesar batok kelapa tepat di dadanya. Akibatnya ia dilarikan ke rumah sakit, entah bagaimana keadaannya. Waktu itu usiaku amat belia. Aku ingat betul aku masih duduk di tahun terakhir Madrasah Ibtidaiyah, atau kalau kamu tak paham istilah itu kamu bisa menyebutnya Sekolah Dasar.

Begini. Kumulai kisahku dengan sebuah Langgar Atau mungkin orang di tempatmu menyebutnya mushola, surau, atau pondok. Di seberang jalan. Sekitar lima menit berjalan kaki dari rumahku. Tempat itu yang kini tak kujumpai lagi jika kupulang kampung. Tempatku mengaji dulu. Pula tempat pertama kali Bapak mengantarku pada ustadz Zuhdi. Kuingat, Persis di depan rumah ustadz Zuhdi, guru ngaji pertamaku itu langgar yang paling awal berdiri sebelum bertengger langgar-langgar lainnya. Hanya dipisahkan jalan yang membentang panjang di antara langgar dan rumahnya. Tentu tak sesepi tempat-tempat ngaji yang ada sekarang. Anak-anak kampung sebelah banyak juga yang berduyun ngaji disitu.

Tapi sekarang tak mungkin bisa kau saksikan lagi langgar itu berdiri di kampungku. Berderet-deret bangunan baru begitu membuat pangling. Puing pondasinya pun telah berdiri di atasnya sebuah ruko milik turunan orang Cina. Tiap aku berdiri di depan toko milik orang Cina itu samar-samar ingatanku membayang ustadz Zuhdi. Ada dimana beliau sekarang? Jika masih hidup, mungkin kini ia telah bercucu pinak. Namun bila telah tiada dari dunia, maka dimana pusaranya kini?

Rumahnya telah tak lagi terhuni. Sepi. Genting-gentingnya masih utuh di beberapa bagian. Jendelanya tersisa kaca-kaca tajam terkena lemparan batu. Di bagian yang lain retak membentuk alur yang tak beraturan. Di berbagai sudut hampa kamar rumah itu yang bisa ditemui hanya gelap pengap yang memenuhinya. Di bagian muka, dulu ada taman yang lumayan luas dengan bunga-bunga yang berwarna-warni, milik istri ustadz Zuhdi. Sekarang hanya rerumputan galak yang tampak tak asri. Bangunan itu terlihat menyeramkan.

Di seberang jalan di depan rumah itu dulunya langgar itu berdiri. Jelang maghrib, kami akan sudah disitu. Berlomba meletakkan mushaf Qur’an di dampar agar mendapat giliran setoran ngaji paling awal. Menunggu maghrib tiba, halaman rumah ustadz Zuhdi akan terdengar reriangan. Kaki-kaki yang berlarian mengepulkan debu. Ada teriakan dan canda. Mengejari kupu-kupu di antara pohon jambu air dan pohon sawo kecik. Kupu-kupu yang cantik warnanya. Putih, bergurat biru, juga sedikit warna kuning. Jarang kumenemukan selain di halaman rumah itu.

Kupu-kupu itu menemani sore kami. Seperti pernik-pernik yang berwarna-warni. Kepakan sayap kecilnya bergerak dalam suara hampa. Sekejap ia akan terbang entah kemana. Kemudian kembali lagi. Membawa kupu-kupu yang lain, mungkin anak-anaknya atau keluarganya. Beberapa ada yang berdiam dalam kepompong, menggantung di dahan bunga kana.

Lalu ada yang berlarian menuju tepi jalan.

Teriakan-teriakan konvoi pemuda itu seperti tak menghiraukan terik yang begitu membuat kulit kering keriput. Ribuan orang tumpah ruah di jalanan. Ada begitu banyak motor yang meraung sehingga suara bisingnya begitu lama singgah di gendang telinga. Juga ibu-ibu dan orang-orang yang telah sepuh memenuhi mobil bak terbuka. Berpuluh ribu peluh tak mengeluh kepanasan. Suara-suara gas knalpot diiiringi bunyi klakson. Nyanyian mereka khas sekali. Konvoi itu gaduh. Seperti suara panggilan yang membius warga berkumpul di sisi-sisi jalan. Membentuk pagar manusia.

Menyaksikan ribuan orang berlalu melewati jalan adalah pemandangan yang menarik buatku dan teman-temanku saat itu. Wajar. Sesusiaku menyukai hingar-bingar yang tak biasa kusaksikan tiap hari. Apalagi pakaian yang mereka kenakan di jalanan. Begitu menarik, ijo royo-royo. Muka-muka pemuda itu coreng-cemoreng hijau juga. Hijaunya hijau muda. Teman-temanku menyebut itu pawai Partai Ijo Muda. Bapak juga ikut partai itu. Kutahu sebab di muka halaman rumahku di sisi jalan tertancap tiang berlambang Partai Ijo Muda.

“Itu partai bapakku!” tunjuk Sapto bangga.

“Bapakku juga!” kubilang.

“Aku juga!” lalu yang lain menyahut.

“Sssst..nanti ustadz Zuhdi dengar,” bilang yang lainnya lagi.

“Iya, Sssstt…” aku melirik Sapto.

Tetanggaku Partai Ijo Muda. Pamanku Partai Ijo Muda. Pak Lik, Bu Lik, Pak dhe Partai Ijo Muda. Hampir seluruh keluargaku pengikut partai ijo muda. Seluruh desa partai ijo muda. Di kampungku cuma Ustadz Zuhdi yang di depan halamannya berkibar bendera partai yang berbeda dari yang dianut orang-orang kampung. Partai Ijo tua, bukan ijo muda. Partai ijo muda bergambar seperti kotak kapur sedangkan partai ijo tua bergambar bulatan bumi.

Tiap saat yang dibicarakan pasti bahasan yang sama. Tidak di pasar, di warung, di emper-emper rumah, bahkan di pengajian rutinan pun. Pasti pembicaraannya tentang pawai, kampanye, konvoi, partai, itu-itu saja. Pedagang berunding dengan pembeli, serius masalah partai. Bapak dan anak musyawarah keluarga, ngurusi partai. Kyai berdalil di depan khalayak juga singgung-menyinggung partai.

Tidak habis pikirnya, partai dipuja bagai juru selamat. Kalau tidak masuk partai itu tidak masuk surga katanya. Entah dalil dari mana itu. Pernah, dulu, kuikut bapak berkonvoi di jalanan. Membawa bendera dan mengenakan kaos hijau muda bergambar lambang seperti kotak kapur.

Bangga rasanya sebab tidak semua anak seusiaku mendapat izin orang tuanya mengikuti pawai sepertiku. Para orang tua mereka itu bukannya tak mau menuruti kehendak anaknya. Bukan pula menolak hingar-bingar dan sorak-sorai keramaian. Tetapi para orang tua khawatir keramaian itu kadang membawa petaka. Maksudku, kerusuhan sering terjadi jika antar partai berpapasan. Mungkin karena adu gengsi. Sok menunjukkan siapa yang terkuat. Sok saling tunjuk calon pemimpinnyalah yang paling kuat. Dan ujung-ujungnya tawuran. Masuk rumah sakit. Masuk penjara. Ironisnya lagi nyawa melayang demi membela seorang pemimpin yang mereka sendiri tak tahu jika terpilih kelak apa masih ingat pengorbanan mereka.

Saat itu aku tak ahu dari mana mulanya, jika Partai Ijo muda bertemu Partai Ijo tua maka dipastikan yang terjadi perseteruan. Aku sendiri tak mengerti, kedua partai itu basisnya islam, sama-sama berasal dari organisasi islam terbesar di Indonesia –seperti yang dulu pernah kudengar dari orang-orang-. Tapi mengapa begitu mudahnya mereka saling memusuhi. Saling memaki. Bahkan berusaha saling membunuh. Bukankah sesama muslim itu saudara? Bukankah pula sesama muslim itu mesti saling tolong-menolong?

Agaknya itu tak berlaku di tempatku.

Fanatisme yang berlebihan telah meracuni pemikiran masyarakatku. Otak mereka telah dicuci. Jika tidak memilih yang mereka pilih maka jangan harap dianggap manusia di masyarakatku. Mereka saling cegat-mencegat. Jegal-menjegal adalah hal yang wajar. Kata-kata makian jadi umbaran yang halal bagi juru kampanye yang mengaku ulama itu. Waktu itu pernah kudengar dari kampanye -yang mereka sebut itu pengajian sebab yang berkampanye itu para kyai- , ulama-ulama juru kampanye itu memaki ulama lain yang tak sealiran dengannya, yang lebih ironis lagi yang diumpatnya waktu kampanye itu malah kelak jadi kepala Negara mereka.

Suatu pagi, seperti hari sebelumnya. Bola raksasa yang mengawang di angkasa mengawali putarannya. Tak pernah terpikirkan akan berapa lama lagi bola raksasa itu akan kehabisan energinya. Bahkan belum terpikirkan jika suatu pagi matahari akan lenyap dan berhenti bersinar sedangkan akal manusia belum mampu menjangkau untuk mencari energi yang bisa menggantikan matahari. Matahari yang sinarnya memancar ke banyak bagian yang berbeda. Matahari yang digunakan untuk patokan waktu di seluruh dunia. Mereka gunakan pula untuk menamai musim yang terjadi. Matahari yang dibutuhkan ibu jika akan menjemur pakaianku dan pakaian bapak. Matahari yang dicari para petani untuk mengeringkan gabah-gabahnya. Dan pula matahari yang digunakan nelayan untuk mengeringkan ikan asinnya.

Jalanan di hari itu tak semeriah hari lalu. Kabarnya hari itu akan ada kampanye Partai Ijo Tua. Tratak telah berdiri. Kursi-kursi plastik di tata berjajar rapi. Podium telah berdiri gagah. Banser dan pasukan yang terdiri dari orang-orang tegap berjaga di situ. Suasana tampak akan ada yang hajatan di tempat itu.

“Hancurkan kemusyrikan….Hancurkan syaiton..!” Teriakan itu memecah lengang. Disusul konvoi lelaki bercadar putih. Hanya mata yang saling memandang. Mata tanpa nama itu berkerumun membawa senjata yang siap untuk menyabet siapa saja yang akan menghalangi niatnya.

“Kalian terkutuk! Kalian bukan islam!” di bagian lain dari konvoi itu meneriaki orang-orang yang berada di pengajian itu.

“Kalian lebih terkutuk lagi!” jawab seorang dari pengajian itu.

Seorang dari kelompok pengajian itu menunjukkan nyalinya. Sendirian ia melangkah maju. Setelah menengadahkan tangan, ia membuat pagar ghaib. Kekuatan yang tak terlihat itu mampu mementalkan tiap barisan konvoi yang mencoba mendekati laki-laki tersebut. Salah satu pemimpin konvoi bercadar itu pun seperti tersulut amarahnya. Ia turun, entah melakukan ritual seolah keduanya saling berperang ghaib. Sesekali salah satu dari keduanya ada yang terpental. Tak beberapa lama ia mengomandoi naka buahnya.

“Maju! Jangan takut, kita di jalan yang benar!”

“Allahu Akbar!”

Dari belakang kerumunan terlempar bom molotof yang menjatuhi sebuah motor. Api pun langsung menyala-nyala memakan motor itu. Melahap bagian demi bagian yang terlapisi minyak tanah. Ratusan orang bergerak merangsek menenteng apa saja yang bisa digunakan untuk melukai. Bahkan bila perlu untuk membunuh.

Bagai drama perang kolosal masa lalu, tak ada mulut yang berbicara. Sabetan pedang dan celuritlah yang mewakili cakap mereka. Sahut-sahutan asma Allah seakan tak ada maknanya. Tak ada yang mampu berpikir jernih di situasi itu. Satu sama lain saling mengklaim yang benar. Saling mengaku merekalah sebenar-benarnya muslim. Partai telah membutakan mata mereka. Mereka pun tak peduli lagi jika yang mereka hadapi adalah saudara kandungnya. Mereka putus begitu saja ukhuwah yang terjalin ribuan tahun lalu.

Asap pekat membumbung ke angkasa. Belasan kendaraan menjadi korban keberingasan. Dibakar dan dimasukkan ke dalam sumur. Puluhan orang terluka. Langgar dan rumah pun tak luput dari amarah. Mereka lempari dengan batu. Mereka robohkan atap-atapnya. Mereka jarahi apa yang bisa mereka anggap sebagai barang berharga.

Malamnya, aku tak bisa lagi mengaji lagi ke Langgar. Langgar kami telah rata. Bapak melarangku pergi kemana- mana. Ibu-ibu dan anak-anak tak diperkenankan di luar rumah. Para pemuda dan orang tualah yang berjaga. Sayup-sayup dari dalam rumah kudengar mereka bercengkerama. Kudengar dengan jelas mereka menyebut nama Ustad Zuhdi. Guru ngajiku itu menghilang sejak peristiwa yang menghanguskan langgarnya. Sebagian yakin jika Ustad Zuhdi telah tewas terbantai. Lainnya berargumen, ustad Zuhdi menghilang bersama istrinya. Satu sama lain saling ngotot.

Setelah kejadian itu memang tak lagi ada yang tahu dimana Ustad Zuhdi. Banyak korban berjatuhan dari peristiwa itu. Dari yang terluka hingga hilang nyawanya. Kampung kami sedang berkabung. Berkabung karena matinya akal sehat, juga karena matinya ajaran ukhuwah yang selalu diajarkan Rasulullah. Kami menyesal pikiran-pikiran jahiliyyah kembali hadir di zaman se modern ini.

Sekitar lima jenazah menjadi korban peristiwa itu. Satu dari partai Ijo Muda, tiga dari partai Ijo Tua. Satu lagi korban tak dikenal identitasnya. Jenazah itu telah tak berupa manusia lagi. Sekujur tubuhnya hangus terbakar hingga tak terkenali. Jenazah itu lah yang mereka yakini jenazah Ustad Zuhdi. Guru ngajiku. Mayat-mayat itu dimakamkan dengan nisan tanpa nama. Tak ada yang tahu benar apakah itu Ustad Zuhdi. Sampai saat ini pun.

Tiap aku pulang kampung dan ziarah ke makam Bapak, kupu-kupu itu selalu hadir di penglihatanku. Ada ikatan batin yang sulit diungkap antara aku dan kupu-kupu itu. Kupu-kupu itu seperti merekam sebuah ingatan. Dalam senja yang ramah angin terkadang luruh seakan meniupkan kenangan. Sebuah andai yang ingin kembali terjadi. Tak ada hal lain yang kukenang jika tengah berdiri menatap kepakan lentik dari warna yang begitu membuat bayangan masa lalu muncul kembali. Tak tahu dari mana munculnya. Pernah kucoba menelusuri asalnya. Tapi niatanku begitu saja pupus saat bertemu kenyataan kesehariaanku.



sumber : majalah annida

Penulis: Wahyu Amir

Ketika Arjuna Jatuh Cinta [Kisah Cinta]

Penulis: Ana Atari


Degup jantung Arjuna mulai naik turun, keringat dingin pun mulai membasahi kulit putihnya. Mulutnya bagai terkunci, pikirannya tiba-tiba saja hilang. Sosok cinta yang ditatapnya dengan tidak sengaja itu, langsung menancap di dasar isi hatinya, padahal sudah sekuat tenaga dia menahan untuk tidak melihatnya. Tapi apalah daya, di saat dia mendongakkan kepalanya perlahan. Cinta menatapnya dengan pekat, dia memperhatikan dengan serius, tanpa bicara.

“Arjuna…? Kamu sedang sakit?” Miss Stefinaky yang saat itu menjadi moderator tiba-tiba menepuk bahunya. Tak lama terdengar suara riuh mahasiswa Universitas Tokyog, yang saat itu sedang mengikuti lomba Ikebana—merangkai bunga yang diadakan setahun sekali untuk menyambut Hinami—perayaan musim semi di Jepang. Mereka tertawa dan geli melihat kecanggungan teman terpintar mereka. Arjuna makin gelagapan, cinta melihatnya, kini dia tertawa.

Oh Tuhan…cantik sekali. Arjuna melupakan bunga yang sedang dirangkainya. Pagi itu tiba-tiba saja menjadi hal yang membosankan dan melelahkan bagi Arjuna Dwitama, cowok impian semua mahasiswi di Universitas Tokyo, darah Indonesia itu sering kali menjadi bahan obrolan mahasiswi-mahasiswi karena ketampanan dan keramahan dia. Apalagi Arjuna adalah salah satu nominasi terbaik yang karya Ikebananya sering mengilhami mahasiswa untuk mencintai alam dan bunga-bunga. Dan kini ia sedang dilanda virus merah jambu kepada Cinta yang saat itu sedang duduk tepat di depannya.

“Maaf, Miss…anuu…saya….eeh…”

”Kebelet nih, Jun!” Tawa riuh kembali menghiasi seisi ruangan, membuat Arjuna merah padam. Tapi, bukan itu.. sungguh bukan itu, dia malu.. bukan karena ditertawai oleh teman-temannya. Sekali lagi, bukan itu—Cinta sedang tersenyum padanya. Oh God! Biarkan waktu berhenti—benaknya memohon.

“Aku bingung, Tamaki!” ucap Arjuna sedikit menerawang ke arah langit-langit kantin yang mulai terlihat bocor akan tetesan air hujan akhir-akhir ini.

Tamaki Ikazura cuek sambil manggut-manggut, mulutnya penuh dengan oden hangat—masakan lobak, mie rebus, dengan campuran telur rebus, bekal makanannya siang ini, katanya sih—pacarnya khusus membuatkan untuknya untuk menghangatkan tenggorokannya—yang katanya sedang terlanda flu.

“Apa ini yang namanya cinta?” lanjutnya lagi.

Tamaki menyeruput kopi hangat tanpa aba-aba. Kembali dia menyantap oden-nya dengan buas. Sekarang tanpa manggut-manggut, kini dia geleng-geleng. Mengangkat tangannya serta pundaknya sedikit. Arjuna memperhatikan mie yang terurai dalam oden Tamaki yang sedang akan dimasukkan ke dalam mulut sobat satu asramanya ini. Mie panjang seperti rasa penasaranku pada cinta. Rasa inginku ingin memilikinya. Yah, seperti mie itu. Tapi, sepanjang itu pula rasa maluku untuk bilang padanya— oh.. Tamaki bagaimana ini?—benak Arjuna melompat-lompat, cemas.

Tamaki bukannya menjawab, malah serius bercerita tentang bekal makan siangnya yang tak mengugah hati Arjuna untuk makan bersamanya. Arjuna menghela napas panjang.

Dia baru tahu beginilah kalau sedang jatuh cinta. Padahal jujur saja, dia tidak percaya dengan cinta beserta embel-embelnya. Tapi gara-gara waktu itu, waktu dia mencoba menyendiri dengan mengikuti mata kuliah dari jurusan lain tanpa disibukkan dengan pekerjaan mata kuliah yang menumpuk, ataupun proposal yang harus naik “banding” dengan direktur tersayang, dia tak sengaja menangkap sosok alami Cinta yang menyadarkannya dari puluhan tahun, puasa naksir cewek. Padahal Cinta sudah lama di kampusnya. Hanya saja dia baru sadar kalau ternyata Cinta itu ada.

“Maaf, ini bangku saya…” Sosok gempal itu menghampiri Arjuna yang sedang lesu duduk di bangku belakang. Arjuna memperhatikan sejenak. Suaranya lembut namun tegas—seorang gadis, dengan jilbab putih berbadan subur dihiasi dengan wajah oval mirip sekali dengan bola kesukaan Andi, adik kesayangan Arjuna yang kini berada di Kalimantan.

”Maaf, memangnya di sini ada nama kamu, Dut?” ucap Arjuna cuek. Tak biasa memang ia bersikap angkuh. Hanya saja waktu itu dia sedang kehilangan sifat ramahnya karena tersandung dengan mood yang tumpang tindih akibat urusan proposal yang hampir di-drop out dengan bagian administrasi staf kampus. Langsung saja ia mengejek tanpa alasan.

Seakan tersinggung, dadis yang ada didepannya itu mendelik, dengan marah.

”Kalau tidak mau member ya jangan menghina!” Ia pun beranjak dari tempat duduk Arjuna, kemudian keluar dengan menenteng sebuah kursi. Suasana ruang kuliah Jurusan Lecture Art Japan itu tiba-tiba riuh dengan tawa seisi ruangan, ketika gadis berbadan subur tadi masuk dengan menenteng kursi.

Arjuna ternganga.

”Oh.. Ma…af…” suaranya lirih, tersedak di tenggorokan. Baru kali ini dia tidak sengaja menghina seorang wanita di depan mahasiswa-mahasiswa—gawatnya lagi, dia baru sadar dia tidak lagi sendirian di ruangan itu karena jurusannya sudah bubar hampir satu jam yang lalu.

Dia tidak sadar kalau Cinta itu adalah gadis yang berbadan subur yang barusan ia hina. Peristiwa itu terjadi saat Arjuna mencoba meminta maaf dengan gadis itu yang ternyata namanya adalah Yumiko Shafa. Namun, Arjuna senang memanggilnya Cinta.

”Saya memang sering dihina. Saya maklum,” ucap Yumi—gadis imut—berjilbab lebar dengan lesung pipit di pipinya yang oval apel itu.

”Bukan itu maksud aku. Aku tuh…”

”Anda tidak pantas berteman dengan saya!” kata-kata terakhir Yumi ini yang menepuk otaknya dengan keras. Hatinya pedih.

Tamaki cekikikan mendengar cerita Arjuna dengan raut wajah yang sebentar-bentar berubah jadi galak, kaget, tersipu-sipu, dan sedih.

”Kalau aku jadi kamu, Jun, cuekin ajalah, seperti nggak ada yang lain saja. Bukankah cewek-cewek di sini cakep semua, kenapa kamu malah kepincut sama cewek model seperti itu?”

”Namanya Cinta, Tamaki!”

”Ho-oh.. Terus apa istimewanya?”

“Ya, dia istimewa. Dia itu beda, karena….”

Ucapan Arjuna terhenti. Dia mulai mengerlingkan matanya, aneh. Oh, God! Dia baru sadar kalau selama ini dia menyukai Cinta—tanpa alasan.

”Karena…?” Mata dan mulut Tamaki pun mengikuti gerakan mulut sahabatnya tersebut. Arjuna tak berbicara sepatah kata pun. Entahlah. Kata-kata itu hanya sampai di ujung tenggorokannya. Tamaki menyeruput kopi hangatnya lagi, sambil diaduk-aduknya. Kemudian cengegesan tiba-tiba, dijulurkan lidahnya dengan sok centil. ”Karena dia endut ya? Ha..ha..ha!” celetukan Tamaki langsung dibalas dengan jitakan maut Arjuna.

”Sembarangan!”

”Orang Indo memang unik!” cengir Tamaki menyindir Arjuna. Ia hanya mencibir dengan memburu jitakan ke arah kepala Tamaki.

***

Dari obrolan gila Tamaki, Arjuna mulai memikirkan alasan apa dia menyukai Cinta. Yumiko—aku sering lupa kalau itu namanya—aku lebih suka dengan panggilan Cinta untuknya. Seorang gadis berketurunan dua negara—dengan Ayah keturunan Arab dan ibunya keturunan Jepang— berwajah oval, berlesung pipit dua dengan mata birunya yang saat berbicara seperti memberi kilatan pada orang yang melihatnya. Cinta itu memiliki wajah yang indah, senyumnya jarang diumbarnya, tapi sekali tersenyum seperti bidadari. Dia unik. Belum lagi, kata-katanya yang singkat, tapi jelas sekali. Arjuna mulai ingat, pernah suatu hari dia berpapasan dengan Cinta saat di dalam lab komputer kampus.

”Hai, lagi sibuk ya?” Arjuna menggaruk-garuk kepalanya—menyembunyikan raut wajahnya yang memerah.

”Ya.” Cinta tak berkedip sedikit pun dari layar komputernya.

”Oh, lagi ngapain?” Kini Arjuna mulai memberanikan diri menatap Cinta di sampingnya—walau sedikit-sedikt.

”Ngetik!”

”Buat apaan?”

”Tugas.”

”Oh…siapa pengajarnya?”

“Prof. Tatsuro.”

”Ohh…Kamu apa kabar nih?”

”Baik.”

”Masih marah ya, soal yang waktu itu?”

”Enggak.”

”Serius nih?, aku minta maaf deh.”

”Iya.”

Mati kutu deh! Pelit banget ngomongnya, Non…

Mengingat itu Arjuna jadi sering tertawa sendiri. Tapi begitulah Cinta—dia memang beda. Dan Arjuna tidak usah repot-repot mencari alasan mengapa dia mencintai Cinta. Lagian, Arjuna sekarang mulai mencari-cari informasi mengenai cintanya. Bahasa yang terlantun dari mulut Cinta kadang-kadang beraksen Inggris yang mempunyai struktur bahasa halus dan mudah dimengerti, nada bicaranya yang tegas, membedakan ia dengan perempuan-perempuan Jepang yang sering mendekati Arjuna ataupun para perempuan Indonesia.

Usut-usut punya usut. Si Cinta ini adalah perwakilan keputrian di remaja masjid di Universitas Tokyo. Arjuna mulai berpikir, jika dia ingin mendapatkan hati Cinta maka dia harus mengubah penampilannya menjadi seorang pemuda masjid; yang memakai celana gantung di atas mata kaki, dan bahasanya pun mulai diperbaikinya dan selalumemakai peci ke mana pun ia pergi. Dan akhirnya, ia pun merelakan celana kesayangannya dipotong sepuluh centi, serta rela-relain berburu peci yang biasa dipakai pemuda mansjid, kecil, bulat dan bahan dasarnya dari kain di pasar-pasar tradisional. Hal ini tentu saja berbeda dengan kebiasaan Arjuna yang sangat anti dengan pasar tradisional, apalagi jalanannya becek, penuh dengan orang yang berjualan dengan tidak rapi, dan tak jarang berdesak-desakkan hanya untuk mendapatkan barang-barang yang murah dan bagus. Namun, demi cinta dia lakukan semuanya.

”Ya ampun, Jun.. kamu salah makan apa? Kamu kesurupan hantu ya, Jun?” Itulah ekspresi pertama Tamaki—yang tidak percaya, sahabat Indonesia kerennya itu berubah.

Arjuna cuek saja, berapa orangpun menertawakan penampilannya yang baru. Dia tidak peduli. Yang pasti, dengan seperti ini, Cinta akan mulai menyukainya. Walaupun, berubah seperti ini—Arjuna banyak berkorban—banyak organisasi yang terbengkalai—karena dia terlalu aktif di masjid kampusnya.

Tiga bulan sudah dia memasuki dunia “lain” dari kehidupannya. Dia mulai tahu, kalau Cinta tidak menyukai pacaran.

”Wanita itu suka sama lelaki yang bertanggung jawab dengan amanahnya, serta taat beribadah…” ceramah Senior Abdul Damyoji—ketua pemuda masjid di kampusnya itu—mulai menyesakkan hati Arjuna saat mentoring pengurus berlangsung. Soal bertanggung jawab sih, dia selalu tepat waktu hadir di masjid, organisasi yang lain sudah banyak ditinggalkannya agar tidak mengganggu rutinitasnya di keorganisasian masjid. Namun, kalau taat beribadah—hanya di sini ini saja dia sering shalat, mengaji—tapi kalau di rumah jarang— itu juga kalau ada mood. Oke deh kalau cinta memang menginginkan calon suami yang shaleh dan rajin beribadah, aku lakukan, pikir Arjuna.

”Apa? Menikah?” Mata Tamaki melotot, oden kesayangannya hanya menjadi pajangan setelah ia mendengar ucapan dari Arjuna.

Arjuna mengangguk, senang.

”Sama siapa…?”

”Cinta.”

”Ya ampun! Sama cinta yang ndut itu?”

”Hei! Dia calon istriku, Tamaki!”

”Baru juga calon! Kamu kok yakin banget. Memangnya kalian sudah jadian?”

Arjuna menggeleng, tapi raut wajahnya belum berubah—masih tersenyum.

”Gila!”

”Emang!”

Keputusan Arjuna sudah bulat, tidak bisa diganggu gugat. Walaupun dia jarang berbicara dengan cinta, dia yakin Cinta seringkali juga melirik-lirik pandang ke arahnya. Apalagi, saat ada mentoring semua pengurus. Pertemuan mata mereka seringkali terjadi. Layaknya seorang pejuang di dalam salah satu acara reality show di televisi, Arjuna berusaha mencari tahu kesukaan Cinta. Sampai ke akar-akarnya. Karena cinta bukan dijadikannya seorang pacar, namun istri. Cinta yang satu ini benar-benar berbeda dari perempuan-perempuan yang pernah ia kenal.

Mulailah ia hunting-hunting foto Cinta di kesekretariatan masjid. Setelah dapat, Arjuna langsung menempel foto itu di gabus-gabus yang telah ditempel dengan hiasan-hiasan love, perjalanan cintanya, pengalaman unik saat ia memendam rindu kepada cintapun ikut nongkrong yang ditempel di gabus-gabus tersebut.

Arjuna pun memberi tahu rencana ini kepada Tamaki. Awalnya, Tamaki sempat jantungan saat mendengar rencana yang akan dijalankan. Namun, karena sudah terbiasa dengan berita-berita “aneh” dari Arjuna, dia akhirnya menurut saja, tanpa komentar—pikir Tamaki—dari pada dia ikutan gila—menentang kemauan Arjuna.

Setelah persiapan telah selesai, entah kenapa degup jantung Arjuna berdetak kencang, seperti ingin keluar saja dari lapisan kulit. Tangannya sedang memegang rangkaian kelopak mawar dengan sakura—karyanya sendiri, disaat ia memikirkan Cinta—mulutnya komat-kamit, seakan menghapal kata-kata yang sedari tadi telah dipersiapkannya. Belum lagi, keringat dingin yang merayapi seluruh badannya. Ini selalu menjadi kebiasaannya—jika akan berdekatan dengan Cinta. Kalau bukan, karena ia teramat ingin memiliki cinta. Mungkin semua ini tidak akan dilakukannya—pikirnya, pasrah. Dan kini tiba saatnya, saat ia berkata jujur pada cinta.

”Kata temen-temen, Anda mencari saya?” suaranya lembut namun tegas kembali terucap. Bagai sebuah petir yang menyambar hati Arjuna— tak karuan.

”Oo.. anu.. iya,” jawab Arjuna pelan.

”Ada apa?”

”Ini buat kamu…” Arjuna mengulurkan rangkaian mawar dan sakura yang tadi dipegangnya kepada Cinta.

”Ini untuk apa?” Cinta menerima, segan.

Arjuna menghela napas, dalam. Kemudian melihat sekeliling. Terlihat teman-temannya yang membawa gabus yang tadi telah mereka hias. Arjuna meniti satu per satu tulisan yang ada. Sampai pada gabus yang dipegang oleh Tamaki, sahabatnya itu memegang gabus yang ”spesial” bertuliskan ”May you married me?” Jantung Arjuna makin kencang berdetak, saat melihat wajah cengegesan Tamaki, berubah menjadi pucat. Apa karena dia gugup juga?

”Tolong lihat yang dibawa oleh teman-temanku ini. Ini semua untuk kamu.”

”Sudah, terus?” Cinta mengernyitkan dahinya.

Arjuna yang tadi gugup, tiba-tiba merasa gemas. Masih saja ia keluarkan suara pelitnya dan kata-katanya yang super pendek, singkat dan padat itu—memangnya ngirim telegram—benak Arjuna berguman. Ingin ia cubit pipinya yang manis itu, melihat wajahnya ia berbenak mengoyangkan isi hatinya.

”Aku suka kamu,” ucap Arjuna kemudian dengan lantang.

Cinta heran, namun tak lama dia tersenyum tipis.

”Jadi?”

Arjuna tambah gemas.

”Kamu mau jadi pacarku?”

”Maaf…”

Kini, jawaban Cinta—membuat Arjuna riang. Dia sudah tahu jawabannya—dia pasti menolak kalau dijadikan pacar, namun jika ia ulangi lagi pertanyaannya—ia yakin Cinta tak akan berkutik lagi.

”Eeh.. maksudku, kamu mau jadi istriku?” Kata-kata Arjuna membuat Riuh teriakan mahasiswa-mahasiswa Universitas Tokyo yang sedari tadi sedang mengamati mereka. Ada rasa cemburu dari Mahasiswi-mahasiswi itu, ada siulan memberi semangat, ada yang berteriak histeris tidak percaya melihat apa yang diungkapkan pujaan mereka, orang Indo tampan terpencut hanya dengan seorang Yumiko Shafa, yang sama sekali tak ada sempurnanya—pikir mereka.

Cinta terdiam, sepertinya dia kaget dengan ucapan dari Arjuna.

”Sukron atas perhatiannya…” sahutnya lembut.

Arjuna menunduk, menyiapkan hatinya. Saat Cinta mengiyakan permohonannya. Mungkin dia akan berteriak sekuat-kuatnya agar seluruh dunia tahu, dia diterima oleh cinta. Karena sudah rahasia umum—seorang wanita seperti cinta sering disebut dengan akhwat— jika dilamar—tidak akan berani menolak—apalagi calonnya rajin nongkrong di masjid, Nehi mohabaten deh buat ditolak. Dan itu akan menjadi suatu kenyataan pada saat ini. Akhirnya pengorbanan lahir dan bathin seorang Arjuna tidak akan sia-sia. Setelah ini dia akan ber-Hinami bersama gadis ini di bawah dedaunan sakura yang indah dan sejuk menatapnya. Bayangan Arjuna sedikit lagi akan berbunga-bunga.

Yumiko mengernyit perlahan, melihat ekspresi Arjuna yang berbinar-binar.

”Tapi saya tetap tidak bisa menerima lamaran Anda…”

Arjuna keget bukan main, dia menonggak dengan cepat. Tamaki saja tidak percaya—gadis seperti Yuniko itu menolak Arjuna yang sering dijadikan rebutan cewek-cewek di kampus. Bukannya menikah adalah satu-satunya cara untuk mendekati Cinta.

”Loh, kok bisa? Bukankah kamu memang gak suka pacaran? Dan kamu pengennya langsung menikah khan? Apa karena kamu masih kuliah, jadi kamu menolak menikah?”

Cinta—Yumiko menggeleng pelan, dibarengi dengan senyuman manisnya. Ini senyuman kesukaan dari Arjuna—cantik sekali.

”Bukan, saya menghargai semua usaha-usaha Anda. Selain saya belum begitu mengenal Anda…”

”Oh.. kalau itu, tenang saja—aku bisa bikin kamu cepat kenal sama aku. Aku orang baik-baik kok, orang Indonesia yang ramah…penyuka bunga, lain kali aku pasti akan tiap hari merangkaikan bunga untukmu.” Arjuna mengedipkan matanya, centil. Cinta manyun, aneh.

”Iya, tapi saya tidak berniat untuk menikah lagi, jadi maafkan saya…”

”Hah? Maksudnya?” Mulut Arjuna tergangga. Tamaki dan mahasiswa yang lain pun tercekat tidak percaya. Menikah lagi?

”Afwan, saya sudah ada yang punya, karena saya sudah menikah.”

”Apaa??!!” Serentak semua mahasiswa berucap.

”Sudah menikah? Sama si…apa?” tanya Arjuna, kelu—Ia pikir kenapa pertama kali Cinta berbicara dengan panjang dan tidak pelit kata-kata akan membahagiakan tapi nyatanya malah menyakitkan hati. Ingin rasanya ia menangis di situ. Tapi jelas saja ia tidak melakukannya karena seorang Arjuna tidak boleh menangis dan tidak boleh kalah. Duh, tapi tetap saja, aku terlihat bodoh sekali—pikir Arjuna, merana.

Cinta mengangguk, ”Senior Abdul Damyoji adalah suami saya.”

Apaaa!!!

Wajah Arjuna merah padam. Senior Damyoji? Oh God! Aku benar-benar kalah total—pikirnya serentak. Kini pengorbanannya seakan sia-sia. Menjadi saleh, rajin beribadah, selalu memakai peci, berkorban waktu menyusuri pasar-pasar tradisional yang becek, bau, serta merelakan berdesak-desakkan hanya untuk mencari peci-peci yang biasa dipakai oleh pemuda-pemuda masjid. Belum lagi usaha Arjuna yang merelakan memotong celana kesayangannya di atas mata kaki— hanya karena ingin dekat dengan Yumiko.

Mata Arjuna perih. Kepalanya mulai terasa berat—kali ini malunya menusuk hulu hatinya. Hinami—berjalan menyusuri taman sakura di musim semi ini kian memudar. Air bening mulai menggenangi kelopak matanya.

*Kadang sebuah pengakuan tak diperlukan for my rain dalam ”satu kata”

sumber : majalah annida

Sejarah Ahmadiyah Tidak Lepas dari Proyek Zionisme [Artikel Islami]

Fatwa Liga Muslim Dunia mengaitkan Ahmadiyah dengan imprealisme dan Zionisme. Di Indonesia, fatwa ini semakin menemukan kebenarannya di saat para budak Zionis berjuang mati-matian agar Ahmadiyah tak dibubarkan. Konferensi Liga Muslim Dunia (Rabithah Al-Alam Al-Islami) yang berlangsung di Makkah Al-Mukarramah pada 6-10 April 1974 M/14-18 Rabiul Awwal 1394 H, yang dihadiri oleh 140 delegasi dari berbagai negara Muslim dan organisasi-organisasi Islam dunia, menjadi perhelatan penting sejak organisasi ini didirikan pada tahun 1962. Konferensi pada tahun 1974 itu begitu penting, karena dalam pertemuan itu Rabithah Al-Alam Al-Islami mengeluarkan fatwa tentang kekafiran Ahmadiyah dan menyerukan kepada seluruh dunia Islam untuk mewaspadai organisasi yang menjadikan Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi setalah Nabi Muhammad SAW ini.


Dalam fatwa yang dikeluarkannya, Rabithah Al-Alam Al-Islami menulis,

“Qadianiyah (Ahmadiyah, red) semula dibantu perkembangannya oleh imprealisme Inggris. Karena itu, Qadiani telah tumbuh subur di bawah bendera Inggris. Gerakan ini telah sepenuhnya berkhianat dan berbohong dalam berhubungan dengan umat Islam. Agaknya mereka setia kepada imprealisme dan Zionisme. Mereka telah begitu dalam menjalin kerjasama dengan kekuatan-kekuatan anti Islam dan menyebarkan ajaran khususnya metode-metode jahat berikut ini:

* 1. Membangun masjid dengan bantuan dari kekuatan anti Islam di mana pemikiran-pemikiran Qadiani yang menyesatkan ditanamkan ke masyarakat.

* 2. Membuka sekolah-sekolah, lembaga pendidikan dan panti asuhan di mana di dalamnya diajarkan dan dilatih untuk bagaimana agar mereka dapat lebih menjadi anti-Islam dalam setiap kegiatan-kegiatan mereka.

* 3. Menerbitkan versi Al-Qur’an yang merusak dalam berbagai macam bahasa lokal dan internasional.

Fatwa itu juga meminta kepada umat Islam untuk memposisikan Ahmadiyah sebagai golongan non-muslim yang telah keluar dari Islam, dan melarang keras bagi para anggota Ahmadiyah untuk pergi ke Tanah Suci Makkah Al-Mukarramah. Selain itu, kepada umat Islam juga diserukan untuk tidak menjalin hubungan dengan Ahmadiyah, baik dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya. Tidak melakukan pernikahan dengan mereka, serta tidak boleh menguburkan orang Ahmadiyah di pekuburan Muslim. Dengan tegas fatwa itu kemudian menyebutkan, ”Seluruh negara-negara Muslim di dunia harus mengadakan pelarangan keras terhadap aktivitas para pengikut Mirza Ghulam Ahmad dan harus menganggap mereka sebagai minoritas non-Muslim serta melarang mereka untuk duduk dalam jabatan yang sensitif di pemerintahan.”

Menarik dalam fatwa tersebut, para tokoh delegasi yang hadir dari berbagai dunia Islam sepakat untuk memuat pernyataan, “Gerakan ini telah sepenuhnya berkhianat dan berbohong dalam berhubungan dengan umat Islam. Agaknya mereka setia kepada imprealisme dan Zionisme. Mereka telah begitu dalam menjalin kerjasama dengan kekuatan-kekuatan anti Islam…”

Liga Muslim Dunia mengaitkan keberadaan Ahmadiyah dengan imprealisme dan Zionisme. Ahmadiyah adalah proyek imprealis Inggris untuk memecah belah umat Islam dengan menjadikan Mirza Ghulam Ahmad sebagai boneka peliharaan.Dalam buku “Freemasonry Yahudi Melanda Dunia Islam” peneliti Zionisme A.D El-Marzededeq, menyatakan bahwa Mirza Ghulam Ahmadiyah adalah seorang Mason yang diangkat oleh penjajah Inggris untuk mendirikan Gerakan Kemahdian dan mendakwakan dirinya sebagai Al-Masih Al-Mau’ud (Messias yang Dijanjikan). Marzededeq menyatakan, “Baik Ahmadiyah Qadian maupun Lahore keduanya berkaitan erat dengan gerakan Freemason.”

Sementara Prof. Ahmad Syalabi, ahli perbandingan agama-agama, dalam bukunya yang sudah diterjemahkan berjudul “Agama Yahudi” menyatakan bahwa kelompok-kelompok rahasia Yahudi juga berada dalam organisasi seperti Ahmadiyah Qadiani. (hal.347). Inggris sebagai negara imprealis yang menjadikan Ahmadiyah sebagai organisasi bonekanya adalah pusat gerakan Freemason pada masa lalu, dimana Grand Lodge of England, tempat berkumpulnya para Yahudi, berdiri pertama kali. Loge Freemasonry itu melahirkan kader-kader Mason yang kemudian berusaha memecah belah agama, untuk kemudian menghapuskannya sama sekali dari muka bumi.

Indonesia meskipun menjadi anggota Liga Muslim Dunia, namun sampai saat ini belum memberikan keputusan tentang pembubaran Ahmadiyah. Meski fatwa tentang kesesatan Ahmadiyah sudah dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tahun 1980 dan ditegaskan pada tahun 2005, namun sampai hari ini pemerintah belum mengeluarkan keputusan tentang pembubaran organisasi perusak akidah ini. Ketika kasus Ahmadiyah ramai, dan tuntutan pembubaran semakin kencang, negara-negara Eropa memberikan sinyal kuat kepada pemerintah SBY agar tidak coba-coba membubarkan Ahmadiyah.

Selain itu, LSM-LSM komprador yang selama ini bekerja dalam kucuran dollar dan majikan asing, seperti Jaringan Islam Liberal (JIL), The Wahid Institute, Ford Foundation, Liberal for All Foundation (LibforAll), dan lain-lain, melalui para pengasongnya berkoar-koar membela Ahmadiyah. Puncaknya, pada 1 Juni 2008, para jongos asing ini membentuk organisasi payung bernama Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB). Mereka mengadakan Apel Siaga di Lapangan Monas untuk melindungi Ahmadiyah dari tuntutan pembubaran.

Sebelum apel siaga, mereka menebar propaganda dengan memuat iklan di beberapa media nasional, dengan tajuk “Mari Selamatkan Indonesia Kita”. Untuk mengingat lebih jelas iklan provokatif tersebut, berikut kutipannya:

“…belakangan ini ada sekelompok orang yang hendak menghapuskan hak asasi itu dan mengancam ke-bhinekaan. Mereka juga menyebarkan kebencian dan ketakutan di masyarakat. Bahkan mereka menggunakan kekerasan, seperti yang terjadi terhadap penganut Ahmadiyah yang sejak 1925 hidup di Indonesia dan berdampingan damai dengan umat lain. Pada akhirnya mereka akan memaksakan rencana mereka untuk mengubah dasar negara Indonesia, Pancasila, mengabaikan konstitusi, dan menghancurkan sendi-sendi kebersamaan kita. Kami menyerukan, agar pemerintah, para wakil rakyat, dan para pemegang otoritas hukum, untuk tidak takut kepada tekanan yang membahayakan keindonesiaan itu.”

Iklan provokatif tersebut disetujui oleh 289 nama tokoh yang tertera, diantaranya Abdurrahman Wahid, Ahmad Syafi’i Ma’arif, Amien Rais, Azyumardi Azra, Musdah Mulia, Rizal Mallarangeng, KH Mustofa Bishri, dan lain-lain. Siapa yang dimaksud dengan “mereka” dalam iklan tersebut? Tak perlu mengerutkan dahi dan mengerahkan intelijen hebat untuk menjawab pertanyaan itu. Tudingan itu jelas diarahkan kepada gerakan Islam yang sampai saat ini terus berupaya menegakkan syariat Islam dan membubarkan segala kelompok sesat yang menodai Islam.

Untuk membela Ahmadiyah, tak tanggung-tanggung, pentolan JIL, Ulil Abshar Abdalla, yang pernah menyatakan fatwa MUI konyol dan tolol, membuat tulisan berjudul “Doktrin-doktrin yang Kurang Perlu dalam Islam”. Ulil menyebut ada sebelas doktrin yang kurang perlu dalam Islam, diantaranya doktrin bahwa Nabi Muhammad adalah Nabi akhir zaman. “Doktrin ini jelas “janggal” dan sama sekali menggelikan. Setiap agama, dengan caranya masing-masing, memandang dirinya sebagai “pamungkas”, dan nabi atau rasulnya sebagai pamungkas pula. Doktrin ini sama sekali kurang perlu. Apakah yang ditakutkan oleh umat Islam, jika setelah Nabi Muhammad ada nabi atau rasul lagi?” tulis Ulil.

Pria yang saat ini menjadi salah seorang ketua di Partai Demokrat kemudian menambahkan,”Mengaku bahwa agama yang paling benar adalah Islam jelas menyalahi etika tawadhu’ itu. Mengaku bahwa setelah Nabi Muhammad tidak ada nabi atau rasul lagi adalah berlawanan dengan etika tawadhu’,” begitu cerocos Ulil yang beberapa waktu lalu memberi masukan kepada SBY untuk membubarkan organisasi FPI.

Dari beberapa fakta di atas, makin jelaslah bahwa ada tangan-tangan asing, Zionis dan imprealis, yang berusaha agar Ahmadiyah tidak dibubarkan di Indonesia. Sebab, keberadaan Ahmadiyah di negeri dengan penduduk Muslim terbesar seperti Indonesia, menjadi nilai kebanggan tersendiri bagi para pengikut nabi palsu ini. Mereka akan semakin merasa menang, jika Indonesia, negeri yang dihuni mayoritas Muslim, tidak mampu membubarkan Ahmadiyah. Jika pemerintah SBY tak mampu atau tidak berani membubarkan Ahmadiyah, maka makin menguatkan dugaan banyak orang bahwa SBY adalah bagian dari kaki tangan asing

Sumber : http://edahkaben.blogdetik.com/

Keegoisan yang merenggut Hidupku! [Cerita Islam]

“Allahu Akbar… Allahu Akbar!”

Alunan azan membahana dari masjid seantero kota Surabaya. Udara pagi terasa menelusuk tulang hingga mendorong tanganku menarik selimut dan menyempurnakan posisiku, menutupi seluruh bagian tubuhku.

“Allahu Akbar… Allhu Akbar!”

Seruan itu kembali mengoyak telingaku. Akhh… mataku terasa berat sekali. Kurasakan lelah yang mendera di sekujur tubuh. Kututup kedua telingaku dengan bantal. Aku tak hendak mendengarkan seruan itu.

“Asyhadu anlaa ilaaha illalloh…!” Aku tak sanggup lagi. Mataku telah tergembok rapat. Semalaman aku berkencan dengan seabrek tugas kantor yang harus kuselesaikan hari kemarin. Keadaan seperti ini sering terjadi saat aku sedang kelelahan tak bisa mengahantarkan tubuhku ke kedinginan air yang menyergapku. Aku kalah pada keadaan. Sebenarnya tidak juga begitu. Aku terserang penyakit malas. Karena kesibukanku yang makin menggila. Aku rasa, aku butuh istirahat yang cukup.

***

Kriiingg… kring…! suara jam weaker mengejutkanku hingga aku terbangun dari tidur yang tak begitu nyaman. Pukul tujuh. Artinya, aku harus segera bersiap-siap pergi ke kantor. Aku harus lekas menemui relasi dan klien-klienku, tak boleh terlambat. Tak lama kemudian, hand phoneku berdering.

“Hallo… dengan Rio, ada apa menghubungi saya pagi-pagi begini?”

“…………”

“ Baik saya segera ke kantor!”

Dalam sekejap BMW-ku melaju melewati jalanan kota yang mulai dilanda macet dan berbaur dengan aroma CO2. Udara yang seharusnya masih segar dan sehat sepagi ini, telah dilalap kentalnya kadar karbondioksida yang membanjiri Surabaya. Namun aku sudah bersahabat dengan segala keadaan ini, karena mencari uang adalah hidupku. Kesibukan duniawi yang membawaku kepada kenyamanan lahir, telah membuatku puas.

Dulu, waktu Ibu masih hidup, aku selalu dibanjiri oleh nasihatnya agar aku tak meninggalkan shalat. Tapi nikmatnya dunia kini membuatku berpikir, untuk apa aku shalat? Toh rezeki itu aku yang kejar sendiri. Ia tak akan datang ketika aku hanya berdiam diri dan shalat di rumah. Kalau aku begitu, jadilah aku orang yang miskin, yang hanya mengharap belas kasihan orang lain untuk dapat makan barang sehari. Tak mungkin uang akan turun dari langit seperti hujan. Mustahil. Dan jadi orang miskin itu hanya merusak martabat manusia. Membuat aib saja.

“Assalamualaikum! Selamat pagi, Bos!” sapa seorang karyawan.

“Pagi..” aku menjawab tanpa menoleh. Aku menerobos ruang dan waktu, berjalan angkuh layaknya seorang bos. Itulah hari-hariku. Ya, seperti yang aku ceritakan sebelumnya. Aku puas dengan semua kecukupan yang aku miliki sekarang. Limpahan harta. Kesenangan dunia membuatku perlahan melupakan bahkan tak merasa ada orang yang telah melahirkanku dulu. Bagiku, itu memang sudah takdir. Dan sekarang aku bisa mengubah takdir dengan tanganku. Haahh… aku senang dengan hidupku.

***

Ruang kantorku sengaja dirancang kedap suara, karena aku menginginkan kenyamanan ketika berada di dalamnya. Aku tak mau terganggu oleh deru mesin kendaraan yang berlalu hilir mudik di sekitar kantorku. Memang, letak kantorku sangat strategis. Dan aku tak sadar, bangunan seperti itu juga telah melalaikanku dari mendengarkan suara azan. Tiba-tiba ada perasaan tak nyaman hinggap di bagian tubuhku yang paling dalam. Menyeringai, menelusuk relung hatiku. Aku merasakan ketaknyamanan tak bertepi. “Jangan lupa sholat Nak!…” sekelebat bayangan wanita 50 tahun-an lewat di ruang otakku. Namun segera kuenyahkan perasaan dan bayangan itu.

“Tok..tok..tok!”

Partikel-partikel pada daun pintuku bergerak menghasilkan gelombang bunyi yang berfrekuensi tinggi dan mengejutkanku.

“Masuk!” jawabku sekenanya.

“Pak Rio, saya minta izin 15 menit keluar dulu…!”

“Sari kemarin kok izan, izin… Bapak tidak lihat apa kantor kita sedang banyak orderan?! Baru setahun jadi karyawan di sini sudah berani sering-sering izin!”

“Iya, saya tau, Pak… insya Allah nanti setelah saya kembali, saya selesaikan tugas saya.”

“Baiklah! Sepuluh menit!” Aku marah.

Entah apa yang membuatku marah. Mungkin rasa berkuasalah yang selama ini telah mengalahkanku. Selama ini memang aku selalu sensitif jika sedang berhadapan dengan karyawan-karyawanku. Aku selalu memposisikan diriku sebagai bos. Aku merasa bahwa aku berkuasa atas hidup mereka. Aku merasa hidup mereka ada di tanganku. Kapan pun aku bisa membuat mereka kehilangan pekerjaan. Dan selama ini, jika ada karyawan yang ku-PHK, banyak dari mereka yang memohon-mohon padaku untuk dikembalikan pekerjaannya.

Tapi kurasakan keanehan kini, aku merasa tak enak hati setelah memarahi Pak Halim, seorang karyawan yang setiap pukul 12.00 dan 15.00 meminta izin untuk keluar sejenak. Yang mukanya selalu teduh menghadapi keegoisanku. Selalu sabar menghadapi luapan emosiku yang kerap meledak-ledak di hadapannya.

Setahuku dia berasal dari keluarga yang kurang mampu. Tapi aku juga tahu dia mempunyai potensi yang besar untuk memajukan perusahaanku. Karena itulah, aku tetap mempertahankannya di perusahaanku. Pun ia tak pernah melalaikan tugasnya. Ia sangat bertanggung jawab. Lantas apa yang membuat aku marah-marah padanya hari ini dan tak jarang pada hari-hari lain?

“Lama sekali orang ini!” Aku membatin sambil menunggu Pak Halim yang sudah hampir setengah jam tak muncul- muncul juga di hadapanku.

Aku tahu, Pak Halim izin keluar hanya untuk menunaikan shalat; yang seharusnya aku pun melakukannya. Namun karena sering melalaikannya, aku jadi terbiasa tidak melaksanakan shalat. Aku tak merasa berdosa. Aku membiasakan diriku tuk tidak mendengarkan hatiku.

“Maaf, Pak! Tadi saya harus…”

“Ah… Alasan saja Anda ini! Mulai besok, Anda tidak boleh duduk di kursi itu lagi!”

Pak Halim paham apa maksud ucapanku dan ia lalu berpamitan setelah mengucapkan terima kasih.

***

Sejak kejadian itu, aku kini sering merenung. Aku sendiri kini yang harus memikirkan nasib perusahaanku. Dalam kondisi diriku yang seperti ini, bayangan wanita tua yang selalu mengingatkanku akan shalat pun selalu muncul setiap kali aku membutuhkan konsentrasi untuk memikirkan nasib perusahaan. Keputusan yang kuambil tak pernah tepat kini. Alhasil, perusahaanku pun gulung tikar. Utang di mana-mana.

“Aghhhhrrrhhh…!” Aku marah pada diriku sendiri. Aku terlalu egois. Kalau saja Pak Halim masih mendampingiku, aku tak akan sesusah ini. Ah… aku menyesal.

Kustarter BMW-ku, mesin berbunyi halus. Tanpa konsentrasi yang penuh, aku melaju.. Kali ini tak tahu aku akan pergi ke mana. Aku tak tahu, ingin aku kembali ke kampung halaman, meminta maaf pada ibuku, menziarahi kuburnya, aku malu. Pun begitu juga kepada saudara-saudaraku. Pak Halim, yang terkadang menjadi tempat curhatku, kini tak ada lagi di sampingku.

“Nak, bagaimanapun, jangan tinggalkan shalat! Itu adalah ibadah yang pertama kali dihisab.” Tiba-tiba bayangan Ibu muncul lagi di kaca depan mobilku. Menghalangi pandanganku ke depan.

“Nak! Kembalilah kejalan Tuhan-Mu!” Kali ini keringat dingin membasahi sekujur tubuhku. Aku menggigil. Perasaanku tak karuan.

“Nak! Ingatlah… semua harta benda hanya titipannya… kembalilah!”

“Tidaakk…!” Klakson dari mobil belakangku membuat konsentrasiku makin membuyar. Sorotan cahaya lampu dari mobil yang berlawanan arah denganku menyilaukan pandangan ini, saat bayangan Ibu hilang, yang kulihat hanya cahaya terang. Terang sekali, hingga aku tak nyaris buta. Klakson dari belakang terus beriringan.

“Ciiitttt! Brakkkk!!”

“Aduhh…” kurasakan nyeri yang tak terperi di bagian kepalaku. Cairan hangat mengalir dari kedua telingaku. Aku tak dapat menahan rasa nyeri yang amat sangat ini. “Bu,… maafkan aku…!”

“Ini peringatan buatmu, Nak! Kembalilah!” itu adalah kalimat terakhir ibu yang masih dapat kudengar dan kuingat. Ingatanku hilang seiring hilangnya bayangannya.

***

“Di mana aku? Mana Ibu ..?” Samar-samar kulihat wajah yang tak asing itu duduk di sampingku.

“Pak Halim? Kau kah yang membawaku ke rumah sakit ini?!”sembari bertanya-tanya pada diriku sendiri, mulutku terus berkomat-kamit.

Pak Halim hanya memandangiku haru. Air matanya mengalir. Sesekali ia seperti mengucapkan sesuatu kepadaku. Tapi aku tak mendengar apa-apa. “Astaghfirullohal’azhiim…!!!” ku berteriak mengharapkan ampunan dari Allah. Namun lagi-lagi, aku tak mendengar teriakanku sendiri. Tiba-tiba telingaku sakit. Dan aku baru sadar, kecelakaan malam itu membuatku tak dapat mendengar dan mungkin juga tak dapat berbicara. Aku tuli.

Tak ada yang lain yang bisa kulakukan. Hanya jeritan dalam hati yang mampu aku teriakkan. Tubuhku menggigil, kurasakan ngilu di ulu hatiku, seperti ditusuk sembilu. Dalam dan semakin dalam. Aku ingin shalat. Jam di dinding kamar putih itu menunjukkan pukul dua belas siang, waktu yang aku gunakan untuk memarahi Pak Halim yang izin keluar untuk melaksanakan shalat. Waktu ketika aku sering mengunci rapat-rapat telingaku dari suara azan yang mengalun syahdu. Dan kini suara itu benar-benar tak dapat lagi kudengar. Selama-lamanya.



sumber : majalah annida

24 Juni 2011

Kehidupanmu adalah Pantulan dari tindakanmu [Cerita Motivasi]

Seorang bocah mengisi waktu luang dengan kegiatan mendaki gunung bersama ayahnya. Entah mengapa, tiba-tiba si bocah tersandung akar pohon dan jatuh. "Aduhh!" jeritannya memecah keheningan suasana pegunungan. Si bocah amat terkejut, ketika ia mendengar suara di kejauhan menirukan teriakannya persis sama, "Aduhh!"




Dasar anak-anak, ia berteriak lagi, "Hei! Siapa kau?" Jawaban yang terdengar, "Hei! Siapa kau?" Lantaran kesal mengetahui suaranya selalu ditirukan, si anak berseru, "Pengecut kamu!" Lagi-lagi ia terkejut ketika suara dari sana membalasnya dengan umpatan serupa. Ia bertanya kepada sang ayah, "Apa yang terjadi?"



Dengan penuh kearifan sang ayah tersenyum, "Anakku, coba perhatikan." Lelaki itu berkata keras, "Saya kagum padamu!" Suara di kejauhan menjawab, "Saya kagum padamu!" Sekali lagi sang ayah berteriak "Kamu sang juara!" Suara itu menjawab, "Kamu sang juara!"



Sang bocah sangat keheranan, meski demikian ia tetap belum mengerti. Lalu sang ayah menjelaskan, "Suara itu adalah GEMA,tapi sesungguhnya itulah KEHIDUPAN."



Kehidupan memberi umpan balik atas semua ucapan dan tindakanmu. Dengan kata lain, kehidupan kita adalah sebuah pantulan atau bayangan atas tindakan kita. Bila kamu ingin mendapatkan lebih banyak cinta di dunia ini, ya ciptakan cinta di dalam hatimu.Bila kamu menginginkan tim kerjamu punya kemampuan tinggi, ya tingkatkan kemampuan itu. Hidup akan memberikan kembali segala sesuatu yang telah kau berikan kepadanya. Ingat, hidup bukan sebuah kebetulan tapi sebuah bayangan dirimu.

Inti dari Semua Kebijaksanaan [Cerita Motivasi]

Konon, ada seorang raja muda yang pandai. Ia memerintahkan semua mahaguru terkemuka dalam kerajaannya untuk berkumpul dan menulis semua kebijaksanaan dunia ini. Mereka segera mengerjakannya dan empat puluh tahun kemudian, mereka telah menghasilkan ribuan buku berisi kebijaksanaan. Raja itu, yang pada saat itu telah mencapai usia enam puluh tahun, berkata kepada mereka, "Saya tidak mungkin dapat membaca ribuan buku. Ringkaslah dasar-dasar semua kebijaksanaan itu."



Setelah sepuluh tahun bekerja, para mahaguru itu berhasil meringkas seluruh kebijaksanaan dunia dalam seratus jilid."Itu masih terlalu banyak," kata sang raja. "Saya telah berusia tujuh puluh tahun. Peraslah semua kebijaksanaan itu ke dalam inti yang paling dasariah.



Maka orang-orang bijak itu mencoba lagi dan memeras semua kebijaksanaan di dunia ini ke dalam hanya satu buku. Tapi pada waktu itu raja berbaring di tempat tidur kematiannya. Maka pemimpin kelompok mahaguru itu memeras lagi kebijak- sanaan-kebijaksanaan itu ke dalam hanya satu pernyataan, "Manusia hidup, lalu menderita, kemudian mati. Satu-satunya hal yang tetap bertahan adalah cinta.

22 Juni 2011

Sejarah H. Agus Salim "The Grand Old Man" [Sejarah]

Tau gak kenapa hari ini saya memposting artikel tentang “sejarah agus salim“,



karena nama saudara saya “Agus Salim”. Walaupun dia dulu orangnya nakal, sekarang udah taubat dan masuk pesantren, hheeee. . . . .

Kami sangat menyayangi dia. Udah Lama gak ketemu….

Buat adikku yang lagi menuntut ilmu yang jauh disana….. “GOOD LUCK”



Sejarah H.Agus Salim

Haji Agus Salim (1884-1954): Jejak Langkah Seorang "The Grand Old Man"

Diterbitkan di: Nopember 07, 2007

"THE grand old man Haji Agus Salim adalah seorang ulama dan intelek," kata Bung Karno tentang Haji Agus Salim (1884-1954). Julukan "orang besar yang sudah tua" itu masuk akal. Ketika rapat-rapat Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia berlangsung, Juni-Agustus 1945, mungkin Agus Salim anggota tertua. Rata-rata umur para Bapak Bangsa adalah 30-45 tahun. Soekarno berumur 39 tahun, Hatta 43 tahun, sedangkan Haji Agus Salim sudah 61 tahun.

Sama seperti umumnya 67 Bapak Bangsa Indonesia yang lain, pemikiran Agus Salim keluar dari kepompong kepentingan pribadi. Mereka mendahului zaman. Begitu juga Agus Salim. Mereka meninggalkan jejak langkah, warisan nilai-nilai luhur cita-cita kemerdekaan. Sementara posisi "mendahului zaman" itu bagi Agus Salim tidak selalu mengenakkan. Sejarawan Taufik Abdullah pernah mencoba membuka tabir Haji Agus Salim sebagai aktor sejarah. Ia merasakan kegetiran Agus Salim menjadi pemimpin yang berorientasi pada pembaruan. Peran seseorang dalam ruang publik, seperti ditunjukkan Agus Salim, menjadi lebih getir ketika dia tidak hanya terbatas mengisi peran sosialnya, tetapi melampaui batas-batas.

Di antara empat kelompok itu tersebut nama Haji Agus Salim, yang dituakan tidak karena umur tetapi juga karena pengalaman internasionalnya, terutama dalam penguasaan bahasa-bahasa asing. Karena kelebihan-kelebihan itu dia diminta menjadi salah seorang anggota Panitia Sembilan yang berperan besar dalam perumusan Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, yang semula berjudul Piagam Jakarta.

Namun, lagi-lagi kita memperoleh kesan nama Agus Salim seolah-olah tenggelam oleh bayang-bayang nama Soekarno, Mohammad Hatta, Soepomo, dan Mohamad Yamin. Menurut seorang panelis, Siti Ruhaini Dzuhayatin, "tenggelamnya" nama Agus Salim disebabkan faktor dokumentasi gagasan. Agus Salim belum sempat mendokumentasikan gagasan-gagasannya secara utuh.

Pandangan-pandangan Agus Salim yang kritis tentang Islam bagi kita menjadi lengkap ketika membaca teks- teks ceramah yang disampaikan di Universitas Cornell tahun 1953. Seorang panelis, Buddy Munawar-Rachman, yang mendalami teks-teks naskah itu mengungkap tiga hal penting dalam Islam, yakni jihad, pluralisme, dan modernitas Islam. Ketika dipisahkan dari Partai Syarikat Islam dan membentuk Partai Penyadar tahun 1936, Agus Salim ingin menyadarkan umat untuk berpegang teguh pada Al Quran dan sunah Rasul.

Dalam soal orang yang sudah mati, misalnya, Agus Salim berpendapat, proses kembali mayat ke tanah itu diperpendek dalam dapur pembakaran listrik krematorium. Bagi Agus Salim, haluan negara sudah dipatrikan RI tidak menjadi negara teokrasi, kata Emil Salim. Pemakalah yang kebetulan keponakan Agus Salim itu juga menunjukkan, Agus Salim tak juga menginginkan sebuah negara yang dirumuskan dari ayat suci Al Quran atau hadis Rasul dalam tubuh UUD 1945. "I think that for Indonesia we have overcome that difficulty," kata Agus Salim dalam salah satu ceramahnya di Universitas Cornell tahun 1953.

Ucapan leiden is lijden ( memimpin adalah menderita) dari sesama Bapak Bangsa, Kasman Singodimedjo, tentang Agus Salim tetap berlaku. "Memimpin adalah menderita", sebuah pepatah yang sudah kita lupakan. Memimpin adalah menderita, memimpin adalah melayani, tinggal menjadi slogan dan jadi aus saat ini, digantikan faham dan keyakinan praksis kekuasaan sebagai privilese, memimpin adalah mangreh, bukan momong. Niscaya para Bapak Bangsa, termasuk Soekarno, Hatta, Soepomo, Yamin, juga Agus Salim, terperangah kaget menyaksikan bangsa dan negara yang mereka dirikan saat ini secara budaya melapuk.





BIOGRAFI

Agus Salim

The Grand Old Man



DALAM sebuah rapat Sarekat Islam (SI), Haji Agus Salim saling ejek dengan Muso, tokoh SI yang belakangan menjadi orang penting dalam Partai Komunis Indonesia. Pada awalnya Muso memulai ejekan itu ketika berada di podium.

"Saudara saudara, orang yang berjanggut itu seperti apa?"

"Kambing!" jawab hadirin.

"Lalu, orang yang berkumis itu seperti apa?"

"Kucing!"



Agus Salim tahu dialah sasaran ejekan Muso. Agus Salim memang memelihara jenggot dan kumis. Begitu gilirannya berpidato tiba, dia tak mau kalah.

"Saudara-saudara, orang yang tidak berkumis dan tidak berjanggut itu seperti apa?"

Hadirin berteriak riuh, "Anjing!"



Agus Salim tersenyum, puas, lalu melanjutkan pidatonya. Agus Salim memang dikenal singa podium. Dia juga lihai berdebat, sehingga jarang ada yang mau melayaninya.



Agus Salim punya nama asli Mashudul Haq yang berarti pembela kebenaran. Lahir di Kota Gedang, Bukittinggi, Sumatera Barat, pada 8 Oktober 1884, dia menjadi anak keempat Sutan Moehammad Salim, seorang jaksa di sebuah pengadilan negeri. Karena kedudukan ayahnya Agus Salim bisa belajar di sekolah-sekolah Belanda dengan lancar, selain karena dia anak yang cerdas. Dalam usia muda, dia telah menguasai sedikitnya tujuh bahasa asing; Belanda, Inggris, Arab, Turki, Perancis, Jepang, dan Jerman.



Pada 1903 dia lulus HBS (Hogere Burgerschool) atau sekolah menengah atas 5 tahun pada usia 19 tahun dengan predikat lulusan terbaik di tiga kota, yakni Surabaya, Semarang, dan Jakarta. Karena itu Agus Salim berharap pemerintah mau mengabulkan permohonan beasiswanya untuk melanjutkan sekolah kedokteran di Belanda. Tapi, permohonan itu ternyata ditolak. Dia patah arang. Tapi, kecerdasannya menarik perhatian Kartini, anak Bupati Jepara.



Sebuah cuplikan dari surat Kartini ke Ny. Abendanon, istri pejabat yang menentukan pemberian beasiswa pemerintah pada Kartini:



"Kami tertarik sekali kepada seorang anak muda, kami ingin melihat dia dikarunia bahagia. Anak muda itu namanya Salim, dia anak Sumatera asal Riau, yang dalam tahun ini, mengikuti ujian penghabisan sekolah menengah HBS, dan ia keluar sebagai juara. Juara pertama dari ketiga-tiga HBS! Anak muda itu ingin sekali pergi ke Negeri Belanda untuk belajar menjadi dokter. Sayang sekali, keadaan keuangannya tidak memungkinkan. Gaji ayahnya cuma F 150 sebulan" (Panitia Buku Peringatan, Seratus Tahun Haji Agus Salim, 1984, hlm 24).



Lalu, Kartini merekomendasikan Agus Salim untuk menggantikan dirinya berangkat ke Belanda, karena pernikahannya dan adat Jawa yang tak memungkinkan seorang puteri bersekolah tinggi. Caranya dengan mengalihkan beasiswa sebesar 4.800 gulden dari pemerintah ke Agus Salim. Pemerintah akhirnya setuju. Tapi, Agus Salim menolak. Dia beranggapan pemberian itu karena usul orang lain, bukan karena penghargaan atas kecerdasan dan jerih payahnya. Salim tersinggung dengan sikap pemerintah yang diskriminatif. Apakah karena Kartini berasal dari keluarga bangsawan Jawa yang memiliki hubungan baik dan erat dengan pejabat dan tokoh pemerintah sehingga Kartini mudah memperoleh beasiswa?



Belakangan, Agus Salim memilih berangkat ke Jedah, Arab Saudi, untuk bekerja sebagai penerjemah di konsulat Belanda di kota itu antara 1906-1911. Di sana, dia memperdalam ilmu agama Islam pada Syech Ahmad Khatib, imam Masjidil Haram yang juga pamannya, serta mempelajari diplomasi. Sepulang dari Jedah, dia mendirikan sekolah HIS (Hollandsche Inlandsche School), dan kemudian masuk dunia pergerakan nasional.



Karir politik Agus Salim berawal di SI, bergabung dengan H.O.S. Tjokroaminoto dan Abdul Muis pada 915. Ketika kedua tokoh itu mengundurkan diri dari Volksraad sebagai wakil SI akibat kekecewaan mereka terhadap pemerintah Belanda, Agus Salim menggantikan mereka selama empat tahun (1921-1924) di lembaga itu. Tapi, sebagaimana pendahulunya, dia merasa perjuangan "dari dalam" tak membawa manfaat. Dia keluar dari Volksraad dan berkonsentrasi di SI.



Pada 1923, benih perpecahan mulai timbul di SI. Semaun dan kawan-kawan menghendaki SI menjadi organisasi yang condong ke kiri, sedangkan Agus Salim dan Tjokroaminoto menolaknya. Buntutnya SI terbelah dua: Semaun membentuk Sarekat Rakyat yang kemudian berubah menjadi PKI, sedangkan Agus Salim tetap bertahan di SI.



Karier politiknya sebenarnya tidak begitu mulus. Dia pernah dicurigai rekan-rekannya sebagai mata-mata karena pernah bekerja pada pemerintah. Apalagi, dia tak pernah ditangkap dan dipenjara seperti Tjokroaminoto. Tapi, beberapa tulisan dan pidato Agus Salim yang menyinggung pemerintah mematahkan tuduhan-tuduhan itu. Bahkan dia berhasil menggantikan posisi Tjokroaminoto sebagai ketua setelah pendiri SI itu meninggal dunia pada 1934.



Selain menjadi tokoh SI, Agus Salim juga merupakan salah satu pendiri Jong Islamieten Bond. Di sini dia membuat gebrakan untuk meluluhkan doktrin keagamaan yang kaku. Dalam kongres Jong Islamieten Bond ke-2 di Yogyakarta pada 1927, Agus Salim dengan persetujuan pengurus Jong Islamieten Bond menyatukan tempat duduk perempuan dan laki-laki. Ini berbeda dari kongres dua tahun sebelumnya yang dipisahkan tabir; perempuan di belakang, laki-laki di depan. "Ajaran dan semangat Islam memelopori emansipasi perempuan," ujarnya.



Agus Salim pernah menjadi anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada akhir kekuasaan Jepang. Ketika Indonesia merdeka, dia diangkat menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung. Kepiawaiannya berdiplomasi membuat dia dipercaya sebagai Menteri Muda Luar Negeri dalam Kabinet Syahrir I dan II serta menjadi Menteri Luar Negeri dalam Kabinet Hatta. Sesudah pengakuan kedaulatan Agus Salim ditunjuk sebagai penasehat Menteri Luar Negeri.



Dengan badannya yang kecil, dikalangan diplomatik Agus Salim dikenal dengan julukan The Grand Old Man, sebagai bentuk pengakuan atas prestasinya di bidang diplomasi.



Sebagai pribadi dikenal berjiwa bebas. Dia tak pernah mau dikekang oleh batasan-batasan, bahkan dia berani mendobrak tradisi Minang yang kuat. Tegas sebagai politisi, tapi sederhana dalam sikap dan keseharian. Dia berpindah-pindah rumah kontrakan ketika di Surabaya, Yogyakarta, dan Jakarta. Di rumah sederhana itulah dia menjadi pendidik bagi anak-anaknya, kecuali si bungsu, bukan memasukkannya ke pendidikan formal. Alasannya, selama hidupnya Agus Salim mendapat segalanya dari luar sekolah. "Saya telah melalui jalan berlumpur akibat pendidikan kolonial," ujarnya tentang penolakannya terhadap pendidikan formal kolonial yang juga sebagai bentuk pembangkangannya terhadap kekuasaan Belanda.



Agus Salim wafat pada 4 November 1954 dalam usia 70 tahun.*






Haji Agus Salim

Agus Salim dilahirkan di Kota Gadang, Bukit Tinggi, Sumatera Barat pada tanggal 8 Oktober 1884 dan wafat di Jakarta pada tanggal 4 November 1954. Agus Salim adalah putra kelima dari pasangan Angku Sutan Mohammad Salim dan Siti Zainab. Agus Salim juga terkenal sebagai multi-languages, orang yang menguasai lebih dari dua bahasa. Agus Salim menguasai tujuh bahasa asing yaitu Inggris, Jerman, Prancis, Belanda, Turki, Jepang dan Arab.

Agus Salim adalah manusia yang serba bisa, Agus Salim adalah penerjemah, ahli sejarah, wartawan, sastrawan, diplomat praktisi pendidikan, filsuf dan ulama. Agus Salim adalah tokoh kosmopolitan yang tidak hanya berkiprah domestik saja seperti HOS Tjokroaminoto tetapi sudah mendunia. Agus Salim juga dikenal kalangan cendikiawan diluar negeri sebagai seorang jenius dalam bidang bahasa yang mampu menulis dan berbicara dalam banyak bahasa asing. Tetapi tidak ada gading yang tak retak, Prof. Schermerhorn menulis dalam catatan hariannya tanggal 14 Oktober 1946 bahwa hanya satu kelemahan Agus Salim, yaitu selama hidupnya selalu melarat dan miskin.

Agus Salim diangkat sebagai Pahlawan Nasional melalui Keputusan Presiden RI No. 657 Tahun 1961 tanggal 27 Desember 1961. Agus Salim juga mendapat tiga tanda jasa anumerta, yaitu: Bintang Mahaputera Tingkat I (1960), Satyalencana Peringatan Perjuangan Kemerdekaan (1961), dan Pahlawan Kemerdekaan Nasional (1961).

Nama adalah Doa Orangtua

Ketika dilahirkan Agus Salim bernama Masyudul Haq, nama seorang tokoh dari sebuah buku yang dibaca ayahnya. Nama adalah doa, kata nabi, maka dalam pemberian nama itu terkandung harapan agar sang putra kelak menjadi "pembela kebenaran". Ketika Masyudul kecil, ia diasuh oleh seorang pembantu asal Jawa yang memanggil anak majikannya "den bagus", yang kemudian dipendekan jadi "gus". Kemudian teman sekolah dan guru-gurunya pun ikut memanggilnya "Agus".

Pendidikan Agus Salim

Ketika Agus Salim berusia 6 tahun, ayahnya menjadi jaksa tinggi pada pengadilan untuk daerah Riau dan sekitarnya. Agus Salim diterima pada sekolah dasar Belanda ELS (Europeese Lager School).

Pada tahun 1898 setelah lulus dari ELS, Agus Salim dikirim ke Batavia untuk belajar di HBS (Hogere Burger School). Pada tahun 1903, Agus Salim lulus dengan angka tertinggi tidak saja di sekolahnya, tetapi juga untuk sekolah HBS lain seperti Bandung dan Surabaya. Sejak itu nama Agus Salim menjadi terkenal di seantero Hindia Belanda di kalangan kaum kolonial dan terpelajar.

Agus Salim kemudian mengajukan permohonan beasiswa untuk belajar kedokteran di negeri Belanda. Sayangnya permohonan ini ditolak. Para gurunya mengusahakan agar Agus Salim mendapat beasiswa di STOVIA (School tot Opleiding van Inlansche), namun hal ini juga gagal.

Agus Salim pada Masa Penjajahan

Kemudian tahun 1905, Snouck Hurgronye mengusulkan kepada Pemerintah Belanda agar bereksperimen dengan menempatkan tenaga pribumi pada perwakilan Belanda di luar negeri. Agus Salim mendapat tawaran bekerja pada konsulat Belanda di Jeddah sebagai penerjemah dan mengurus urusan haji. Selama Di Jeddah, Agus Salim memperoleh kesempatan untuk memperdalam agama Islam dan bahasa Arab kepada para ulama yang bermukin di Mekkah. Agus Salim juga belajar agama Islam pada saudara sepupunya, Sheikh Ahmad Khatib yang telah bermukim disana.

Selama kurang lebih enam tahun Agus Salim berada di Arab Saudi. Akhirnya pada tahun 1911, Agus Salim pulang ke Indonesia. Kepulangannya dari Tanah Suci ini boleh dikatakan sebagai titik tolak perjuangannya melawan Belanda.

Agus Salim sempat bekerja pada dinas pekerjaan umum. Namun, ia keluar dari birokrasi Belanda dan mendirikan sekolah swasta di kampungnya di Kota Gadang. Hal ini tidak lama dikerjakannya.

Agus Salim kemudian berangkat lagi ke Jakarta dan selanjutnya terjun ke dunia politik melalui Syarikat Islam (menjadi ketua bersama dengan HOS Tjokroaminoto) dan menjadi Ketua Partai Serikat Islam Indonesia.

Agus Salim juga mencoba berbagai pekerjaan selama di Jakarta baik di organisasi politik maupun di pemerintahan. Agus Salim beberapa kali menjadi pengelola surat kabar dan sangat produktif menulis baik tajuk rencana maupun artikel lainnya.

Pada tahun 1915, Agus Salim menjadi Redaktur II di Harian Neratja dan tidak lama kemudian menjadi pemimpin redaksi. Agus Salim pernah menjadi pemimpin redaksi pada Harian Hindia Baroe, Surat Kabar Fadjar Asia, Harian Moestika dan membuka kantor Advies en Informatie Bureau Penerangan Oemoem (AIPO).

Dalam harian Neratja, 25 September 1917, Agus Salim menulis "dalam negeri kita, janganlah kita yang menumpang".

Pada tahun 1925, Agus Salim membentuk Jong Islamieten Bond, tempat berkumpulnya anak-anak muda Muslim yang kemudian setelah proklamasi tergabung dalam Partai Masyumi, suatu partai moralis pembela demokrasi.

Agus Salim adalah bukan saja sosok yang sangat menghargai demokrasi tetapi Agus Salim juga sangat menghargai hukum hal ini terlihat dalam tulisannya pada harian Fadjar Asia tanggal 29 November 1927, Agus Salim menulis tentang “Polisi dan Rakyat" :

“sikap polisi terhadap rakyat, istimewa keganasan dan kebuasan polisi dalam memeriksa orang yang kena dakwa atau yang hanya kena sangka-sangka rupanya belum berubah-buah. Hampir tiap hari ada pesakitan di depan landraad yang mencabut “pengakuan" di depan polisi yang lahir bukan karena betul kejadian melainkan hanya karena kekerasan siksa".

Agus Salim juga menaruh perhatian khusus terhadap para hakim. “Jika negeri hendak selamat, haruslah pengadilan berderajat tinggi dalam anggapan orang ramai di negeri ini. Dan hakim-hakim, istimewa yang mengepalai majelis pengadilan wajiblah selalu menunjukkan sikap kebesaran yang anggun, disertai kesabaran, keramahan dan kemurahan, yang menunjukkan ia menjaga jalannya hukum dengan sungguh-sungguh, dengan memakai timbangan yang jernih, yang sekali-sekali tidak boleh kecampuran pengaruh cinta dan benci, yang kira-kira boleh memincangkan teraju timbangannya" (Fadjar Asia, 26 Juni 1928).

Meskipun Agus Salim mahir berbahasa asing, Agus Salim justru menunjukan kecintaannya terhadap bahasa Indonesia dengan berpidato dalam bahasa Indonesia pada sidang Dewan Rakyat (Volksraad) sehingga menggegerkan Belanda. Agus Salim adalah orang Indonesia pertama yang berpidato dengan bahasa Indonesia pada Dewan Rakyat ini. Karena apa yang telah diputuskan oleh lembaga ini tidak diindahkan oleh pemerintah Hindia Belanda, Agus Salim keluar dari dewan tersebut tahun 1923. Agus Salim menamakan Volksraad sebagai “komedi omong".

Pada masa penjajahan Jepang Agus Salim ikut aktif menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia dan karena kemampuan bahasa dari Agus Salim maka ia diminta menjadi anggota Panitia Sembilan yang berperan besar dalam perumusan Pembukaan Undang - Undang Dasar (UUD) 1945, yang semula berjudul Piagam Jakarta.

Masa Kemerdekaan Indonesia

Semasa penjajahan Belanda, Agus Salim tidak pernah ditangkap Belanda. Baru setelah Indonesia merdeka Agus Salim beberapa kali diasingkan bersama dengan pemimpin nasional lainnya. Salah satu sebab adalah karena kepandaiannya dalam berdiplomasi. Agus Salim sangat pandai dalam menyampaikan kritik tajam dan peda kedalam bentuk yang halus dan cerdas.

Setelah Indonesia merdeka, Agus Salim beberapa kali menduduki posisi menteri muda yaitu Menteri Muda Luar Negeri Kabinet Syahrir II pada tahun 1946 dan Kabinet III pada tahun 1947. Agus Salim juga kemudian menjadi menteri luar negeri yaitu Menteri Luar Negeri Kabinet Amir Sjarifuddin pada tahun 1947, Menteri Luar Negeri Kabinet Hatta pada 1948 - 1949.

Pengakuan negara-negara Arab atas kemerdekaan Indonesia tahun 1947 dapat dianggap sebagai jasa Agus Salim setelah sebelumnya, sempat selama tiga bulan Agus Salim mengembara di Timur Tengah dengan kondisi keuangan yang sangat terbatas sebagai utusan negara yang baru merdeka. Agus Salim juga pernah mengetuai delegasi Indonesia dalam Inter Asian Relation Conference di India.

Pada tahun 1952, Agus Salim menjabat sebagai Ketua pertama dari Dewan Pers Indonesia.

Pengakuan Internasional

Pengetahuannya yang luas mengenai Islam menyebabkan Agus Salim menjadi dosen tamu di Universitas Cornell dan Princenton University, Amerika Serikat.

Kemampuan bahasa dan keluasan ilmu pengetahuan menyebabkan Agus Salim menguasai suatu diskusi atau percakapan. Prof George Kahin menuturkan bahwa suatu hari ia mengundang Agus Salim dan Ngo Dinh Diem makan di ruang dosen Cornell University. Agus Salim waktu itu sebagai pembicara tamu di Cornel University tersebut sedangkan Ngo Dinh Diem, juga pandai berpidato dan berdebat, saat itu sedang mengumpulkan dukungan bagi Vietnam Selatan. Kahin terperangah karena kedua tokoh itu ternyata sudah asyik berdebat dalam bahasa Perancis. Ternyata Agus Salim dapat membuat Ngo Dinh Diem menjadi pendengar saja.

Ketika mengajar di Cornell University , Agus Salim tidak melupakan kebiasaan mengisap rokok kretek, sehingga para muridnya menjadi tidak asing lagi dengan bau rokok kretek yang eksotik itu.

Seperti kebanyakan orang Minangkabau, Agus Salim tidak pernah rendah diri dalam berhadapan tokoh asing. Ketika mewakili Presiden Soekarno menghadiri upacara penobatan Ratu Inggris Elisabeth tahun 1953, Agus Salim kesal dengan suami ratu yaitu Pangeran Philip yang kurang perhatian terhadap tamu asing yang datang dari negeri-negeri yang jauh. Agus Salim menghampiri dan mengayun-ayunkan rokok kreteknya di sekitar hidung sang pangeran. "Apakah Paduka mengenali aroma rokok ini? " Dengan ragu-ragu menghirup rokok itu, sang pangeran mengakui tidak mengenal aroma tersebut. Agus Salim pun dengan tersenyum berujar “Itulah sebabnya 300 atau 400 tahun yang lalu bangsa Paduka mengarungi lautan mendatangi negeri saya". Maka suasana pun menjadi mencair, sang pangeran mulai ramah meladeni tamunya.

Perbedaan Adalah Rahmat

Dalam sebuah kesempatan sewaktu mengajar di Cornell University, Agus Salim mampir di Washington dan bertemu dengan warga Indonesia. Inilah petikan pesannya kepada pemuda yang masih relevan dengan kondisi kita sekarang,

"Begitu pula di Tanah Air kita. Janganlah pemuda-pemuda Indonesia bimbang tentang adanya berbagai-bagai partai. Bukan uniformitas yang mencapaikan tujuan yang tinggi-tinggi, tetapi besef, kesadaran tentang unitas (kesatuan dan persatuan) dalam berlain-lainan asas, dalam berlain-lain pendapat, satu bangsa, satu Tanah Air, selamat sama selamat, celaka sama celaka. Bukan satu saja, bukan uniform, tapi gerich of het gemeenschappelijk nut, bertujuan pada keselamatan bersama karena keselamatan masing-masing yang tidak membawa keselamatan bersama tidak akan tercapai".

Islam Moderat

Sebagai Ulama, Haji Agus Salim ikut aktif selama duduk pada Panitia Sembilan yaitu memperjuangkan dihapusnya tujuh kalimat “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk - pemeluknya”. Keberhasilan Agus Salim ini mengecewakan Soekarno yang sejak awal mendukung terbentuknya Indonesia sebagai negara Islam. Peristiwa ini adalah sejarah besar karena menempatkan Indonesia sebagai sebuah negara demokrasi modern yang tidak menempatkan salah satu agama sebagai agama negara namun tetap mengacu pada syariat Islam.

Agus Salim juga menganjurkan agar masyarakat selalu mengikuti Al Quran dan Sunnah Rasul dan karena itu Agus Salim menekankan perlunya pemberdayaan masyarakat melalui gerakan - gerakan swadaya masyarakat.

Agus Salim juga menentang pembedaan antara pria dan wanita yang dilakukan dengan membuka tabir pembatas tempat duduk pria dan wanita. Agus Salim adalah penganut paham "Memimpin adalah Menderita, Memimpin adalah Melayani".

Agus Salim juga menolak pandangan yang membagi dunia menjadi dua antara Islam dan Non-Islam. Ia melihat bahwa dunia Islam dan dunia Barat adalah dua buah sumber daya yang harus dimanfaatkan.

Pada tahun 1953 dalam kuliah - kuliahnya di Cornell University, Agus Salim sudah berbicara mengenai pentingnya modernitas Islam, pluralisme dan pemahaman Jihad yang bukan semata-mata perjuangan fisik yang bila harus didefinisikan berarti kerja keras untuk membela kebenaran bukan menyerang atau agresi.

Menurut Agus Salim dalam Al Quran ada tiga kata yang yang merupakan satu akar dengan jihad, yakni ’juhd-un yang mengarah pada pengertian kerja keras; kedua, ijtihad yang lebih menunjuk kesungguhan dari segi pemikiran atau intelektualitas; ketiga, mujahadah, dalam arti mengarah pada spiritual exercise, sebuah olah rohani yang sungguh- sungguh yang biasa dilakukan kaum sufi.

Kehidupan Pribadi Agus Salim

Agus Salim menikah pada tahun 1912, dengan gadis sedesanya di Minangkabau, Zaitun Nahar. Dari perkawinan ini mereka dikaruniai delapan anak. Mereka adalah Theodora Atia, Yusuf Taufik, Violet Hanisah, Maria Zenibiyang, Ahmad Syauket, Islam Basari, Siti Asiah, dan Mansur Abdurrahman Sidik.

Agus Salim sebetulnya tokoh sangat disiplin dalam mendidik dirinya dan keluarga. Setelah anaknya yang pertama lahir, selama 18 tahun Salim sekeluarga hanya makan sayur segar tanpa daging sama sekali. Padahal dalam keluarga Minang, makan daging seperti rendang adalah santapan utama. Ada dua alasan yang mendorongnya melakukan hal tersebut. Pertama, seperti diceritakan oleh anaknya, karena ia menderita ambeien, oleh dokter dianjurkan untuk banyak makan sayur dan berpantang daging. Namun ada pula sumber lain yang mengatakan bahwa Agus Salim takut karena istrinya adalah saudara sepupunya sendiri, kuatir hal itu menyebabkan anak-anaknya cacat. Oleh sebab itu perlu dilakukan diet kesehatan yang sangat ketat agar putra-putrinya yang dilahirkan juga sehat.

Yang menarik dari Agus Salim adalah perhatian yang besar pada keluarganya. Ini terlihat misalnya bagaimana ia mendidik sendiri seluruh anak - anaknya. Bahkan isterinya pun ia wajibkan mengikuti pelajaran yang ia berikan di rumah. Tujuannya, menurut Agus Salim, adalah agar anak-anaknya tidak terpengaruh oleh pikiran dan kebudayaan kaum penjajah.

Selain itu, Agus Salim ingin membentuk sikap dan kepribadian anak-anaknya sesuai dengan keinginannya. Pelajaran yang Agus Salim berikan kepada anak-anaknya antara lain tulis-baca, bahasa asing, budi pekerti, dan pelajaran agama. Agus Salim juga mendidik mereka agar bersifat kritis dan korektif. Sebab itu Agus Salim tak permah marah bila anak-anaknya membantah pendapatnya. Agus Salim pun senang mengajak mereka berdiskusi, berargumentasi, agar pikiran mereka tidak membeku dan tidak bersikap nrimo saja.

Kehidupan rumah tangga Agus Salim sangat sederhana. Kebiasaan Agus Salim yang unik adalah kurang lebih setiap enam bulan sekali mengubah letak meja kursi, lemari sampai tempat tidur rumahnya. Kadang-kadang kamar makan ditukarnya dengan kamar tidur. Agus Salim berpendapat bahwa dengan berbuat demikian ia merasa mengubah lingkungan, yang manusia sewaktu-waktu perlukan tanpa pindah tempat atau rumah atau pergi istirahat di lain kota atau negeri.

Agus Salim adalah manusia merdeka. Merdeka dalam berhadapan dengan penjajah, merdeka dalam berurusan dengan keluarga, kerabat dan bangsanya sendiri. Merdeka dalam memilih lapangan pekerjaan, merdeka dalam berbusana (yang baik), merdeka dalam bersuara. Merdeka dalam bidang pendidikan.

Reference:

Seratus Tahun Haji Agus Salim, Kustiniyati Mochtar, 1984, Penerbit Sinar Harapan.

Agus Salim, Haji Agus Salim Tentang Perang, Jihad, dan Pluralisme, 2004, Penerbit Gramedia.

Agus Salim Manusia Merdeka, Dr Asvi Warman Adam Sejarawan LIPI, Rubrik Fokus, Harian Kompas, Sabtu 21 Agustus 2004

Panggilan 'Gus' itu Datang dari Pelayan, Rubrik Suplemen, Harian Republika, Sabtu 27 Oktober 2001

H Agus Salim di Mata Mereka, Rubrik Suplemen, Harian Republika, Sabtu 27 Oktober 2001

Haji Agus Salim (1884-1954) Jejak Langkah Seorang "The Grand Old Man" , Rubrik Fokus, Harian Kompas, Sabtu 21 Agustus 2004

Menteri Luar Negeri, Haji Agus Salim, www.deplujunior.org